Seiring dengan berkembangnya industri peternakan, perbaikan genetik terus dilakukan dalam upaya optimalisasi capaian pemeliharaan ternak. Hal tersebut tentu memberikan dampak positif pada produktivitas yang lebih baik. Namun tantangan dalam pemeliharaan ternak menjadi lebih tinggi karena meningkatnya kerentanan terhadap penyakit dan faktor stres. Salah satu penyakit bakterial yang sering ditemukan menginfeksi ayam adalah Colibacillosis. Jika ayam terlanjur terserang Colibacillosis dapat menimbulkan dampak berupa gangguan pertumbuhan, bobot badan panen rendah, penurunan produksi telur, peningkatan jumlah ayam afkir, serta penurunan daya tetas telur dan kualitas anak ayam (DOC) sehingga menyebabkan kerugian usaha dalam jumlah yang cukup besar. Selain itu serangan sekunder Colibacillosis menyebabkan penyakit komplikasi pada saluran pernapasan, pencernaan, dan reproduksi yang sulit ditanggulangi, sehingga biaya pengobatan ayam menjadi bertambah besar.
Penyebab Colibacillosis
Colibacillosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Escherichia coli (E. coli.) yang tergolong dalam genus Escherichia dan famili Enterobacteriaceae. Bakteri ini termasuk dalam bakteri Gram (-), tidak tahan asam, berbentuk batang, dan tidak membentuk spora. Bakteri E. coli merupakan bakteri yang normal hidup pada saluran pencernaan ayam (flora normal). namun dapat menimbulkan penyakit apabila populasinya meningkat. Jumlahnya sekitar 10⁶ E. coli/gram isi usus halus ayam. Kasus Colibacillosis pada ayam umumnya disebabkan oleh strain avian pathogenic E. coli (APEC) atau strain patogen. Sejauh ini, APEC didominasi oleh tiga serotipe, yaitu serotipe O₁, O₂, dan O₇₈. Sekitar 10-15% dari seluruh E. coli yang ditemukan di usus ayam yang sehat tergolong jenis APEC ini.
Bakteri APEC sering ditemukan dalam kasus infeksi Colibacillosis baik pada ayam pedaging maupun petelur. Bakteri tersebut mampu menyebar melalui peredaran darah sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada berbagai organ tubuh ayam. Contoh kasus yang sering ditimbulkan oleh bakteri APEC adalah kematian embrio dan kejadian omphalitis pada anak ayam. Bakteri APEC juga mudah mengalami mutasi menjadi entero pathogenic E. coli (EPEC), yang menjadi bakteri patogen di saluran pencernaan. Selain itu juga bermutasi menjadi enterotoxigenic E. coli (ETEC), yang menghasilkan racun dan kemudian merusak mukosa usus.
Bakteri E. coli dapat tumbuh pada kondisi aerob maupun anaerob dalam suhu 18-44°C. Dengan kata lain, bakteri ini mudah tumbuh pada suhu lingkungan normal, baik dengan ada atau tidak adanya oksigen. Namun bakteri ini tidak tahan pada kondisi kering dan mudah dibunuh dengan desinfektan.
Kejadian Colibacillosis di Peternakan
Colibacillosis dapat ditularkan melalui kontaminasi air minum ayam, litter, udara, dan feses. Bakteri E. Coli tinggi konsentrasinya di dalam feses yaitu sekitar 10⁶ tiap gram feses, bakteri ini yang kemudian berpotensi menyebar dan mengontaminasi debu, litter, dan air minum. Penyebaran E. coli melalui air minum lebih dominan dan menjadi sorotan karena air minum merupakan media yang mudah membawa E. coli masuk ke dalam tubuh ayam. Selain itu, Colibacillosis juga dapat ditularkan secara vertikal dari induk ke anak ayam. Penularan secara vertikal terjadi melalui saluran reproduksi induk ayam, yaitu melalui ovarium atau oviduk yang terinfeksi. Telur yang menetas kemudian akan menghasilkan DOC yang tercemar bakteri E. coli di dalam ususnya.
Berdasarkan data rangking penyakit nasional yang dihimpun oleh tim Technical Education and Consultation Medion, kejadianColibacillosis pada ayam pedaging dan petelur masih menduduki 5 besar, sehingga sampai saat ini menjadi penyakit yang perlu diwaspadai. Infeksi Colibacillosis memang bisa menyerang di semua umur pemeliharaan ayam. Jika dilihat dari umur serangan, maka pada ayam pedaging, colibacillosis lebih sering menyerang di umur <15 hari, yang berarti sejak awal pemeliharaan sudah mulai menyerang. Sedangkan pada ayam petelur di umur >18-35 minggu. Hal ini tentu menjadi perhatian karena perlunya kewaspadaan terhadap penyakit ini sejak awal masa pemeliharaan pada ayam pedaging dan di masa produksi pada ayam petelur. Keduanya merupakan masa kritis dalam pemeliharaan ayam.
Dampak E. Coli sebagai Infeksi Sekunder
Kejadian Colibacillosis di peternakan bisa muncul sebagai infeksi tunggal, namun tidak jarang ditemukan infeksi kombinasi dengan penyakit lainnya. Jika dilihat dari grafik rangking penyakit di atas, infeksi E. coli paling sering muncul bersamaan dengan penyakit CRD yang lebih sering kita kenal dengan CRD kompleks.Kasus CRD yang telah berkolaborasi dengan E. coli bisa memicu mortalitas hingga angka 10 – 15%, atau bahkan bisa mencapai 20%.
Berdasarkan data yang dirangkum oleh tim Medion, selain CRD kompleks E.coli juga ditemukan muncul pada beberapa kasus infeksi viral seperti AI, ND, IB dan Gumboro, atau pada infeksi bakterial lain seperti Coryza, kolera, dan NE. Munculnya kasus kombinasi tersebut dapat memperparah kejadian penyakit dan memperlambat proses kesembuhan. Salah satu contoh dampak koinfeksi E.coli dan H9N2 menyebabkan peningkatan keparahan baik dari gejala klinis, mortality rate maupun patologi anatomi (Taha, et al, 2019). Gambaran klinis infeksi H9N2 di lapangan diperparah oleh adanya koinfeksi oleh bakteri E. coli. Ditunjukkan dengan adanya skor gejala klinis paling parah, lesi mikroskopis paling tinggi, mortalitas paling tinggi, serta penurunan berat badan dari ayam yang diinfeksi E.coli bersamaan dengan AI H9N2 (Jaleel, et al, 2017).
Faktor Predisposisi Colibacillosis
Jika kita telaah lebih dalam lagi, faktor pemicu Colibacillosis erat kaitannya dengan manajemen pemeliharaan yang kurang optimal. Semakin tinggi kepadatan ayam, feses menumpuk, dan daya serap litter menjadi terbatas. Akibatnya kadar amoniak menjadi lebih tinggi dan dapat menjadi faktor predisposisi Colibacillosis (infeksi pernapasan). Banyak outbreak Colibacillosis terjadi akibat rendahnya sanitasi dan kebersihan di kandang, serta berkaitan langsung dengan kualitas udara dan air minum di peternakan. Selain itu, bakteri E. coli sangat mudah hidup dan konsentrasinya banyak di air permukaan, sehingga sumber air yang terlalu dangkal, dekat dengan sumber tumpukan feses, dekat sawah, sungai/rawa, atau septic tank, memiliki risiko besar terkontaminasi E. coli, baik itu dimusim hujan maupun kemarau. Adanya kontaminasi bakteri E. coli pada air minum yang diberikan ke ayam dapat menyebabkan risiko ayam mudah terinfeksi penyakit Colibacillosis.
Diagnosa Colibacillosis
Salah satu gejala klinis infeksi E. coli pada ayam yang dapat diamati adalah adanya diare berwarna kuning. Gejala klinis tersebut diikuti pula oleh perubahan patologi anatomi yang berbeda-beda tergantung bentuk infeksinya. Colibacillosis bisa bersifat lokal dan sistemik.
Bentuk Infeksi Lokal Colibacillosis
- Omphalitis dan infeksi kantung kuning telur (yolk sac)
Omphalitis atau radang pusar adalah suatu kondisi dimana pusar DOC tidak dapat menutup dengan sempurna, sehingga bakteri mudah masuk dan akhirnya menyebabkan radang di bagian tersebut. Secara normal, pusar seekor DOC akan menutup beberapa jam setelah menetas diikuti dengan proses penyerapan sisa kuning telur. Jika pusar terlambat menutup dan ternyata ada infeksi bakteri E. coli di mesin tetas atau di kandang komersil, maka terjadilah omphalitis. Karena kuning telur terletak berdekatan dengan pusar, kejadian omphalitis selama ini juga hampir selalu dibarengi dengan infeksi kantung kuning telur (yolk sac infection) yang sama-sama disebabkan oleh bakteri. Saat terjadi infeksi kantung kuning telur, sisa kuning telur yang dibawa DOC akan mengeras, sehingga cadangan makanan maupun sumber kekebalan (antibodi maternal) yang ada di dalamnya tidak dapat terserap sempurna.
2. Cellulitis
Infeksi Collibacilosis bentuk ini, merupakan serangan E. coli yang terjadi pada jaringan subkutan di bawah kulit (subcutaneous tissue), seperti kulit perut, paha, kaki, daerah kepala, dll. Gejalanya ditunjukkan dengan kulit berwarna kuning kecoklatan. Jika dibedah, maka akan ditemukan eksudat kental semacam nanah di bawah kulit tersebut. Kejadian cellulitis selama ini lebih sering ditemukan pada ayam pedaging dan terdeteksi ketika ayam sudah berada di tempat pemotongan (RPA).
3. Diare
Diare merupakan gejala klinis yang umum terjadi pada kasus Colibacillosis, baik yang disebabkan oleh E. coli patogen jenis entero pathogenic E. coli (EPEC) maupun enterotoxigenic E. coli (ETEC). Peradangan pada usus terjadi akibat bakteri E. coli menghasilkan toksin yang mampu merusak permukaan mukosa dan terjadi akumulasi cairan di usus sehingga muncul gejala yang nampak yakni diare. Infeksi E. coli pada usus ini pada umumnya dapat bertindak sebagai infeksi primer maupun sekunder. Infeksi sekunder terjadi akibat bakteri E. coli ikut menyerang usus yang sebelumnya telah rusak akibat penyakit lain, misalnya koksidiosis atau cacingan. Pada infeksi sekunder, serangan E. coli ini akan memperberat efek dari penyakit primernya.
4. Salpingitis
Colibacillosis bentuk ini banyak ditemukan pada ayam petelur. Salpingitis merupakan peradangan pada saluran telur/oviduk. Salpingitis terjadi akibat berpindahnya sejumah besar bakteri E. coli dari kloaka ke oviduk atau berpindahnya E. coli melalui infeksi kantung udara (air sacculitis). Infeksi ringan pada oviduk menyebabkan turunnya produksi telur pada ayam. Akan tetapi, jika proses radang pada oviduk tersebut berjalan secara terus-menerus dalam jangka waktu lama (kronis), maka dinding lapisan oviduk juga akan menipis dan di dalamnya terbentuk sumbatan. Sumbatan tersebut bisa berupa cairan kental seperti nanah atau padatan keras seperti keju berbau busuk. Kadang-kadang, kejadian salpingitis tersebut disertai pula dengan radang pada selaput perut (peritonitis). Ayam dengan kondisi demikian biasanya akan berhenti bertelur dan akan mati dalam waktu 6 bulan pasca infeksi. Sedangkan pada ayam yang bisa bertahan, jarang untuk dapat berproduksi kembali secara normal.
Bentuk Infeksi Sistemik Colibacillosis (Colisepticemia)
Infeksi Colibacillosis bentuk sistemik karena bakteri E. coli masuk ke dalam sirkulasi darah menyebabkan colicepticemia. Ada dua bentuk yaitu colicepticemia yaitu bentuk pernapasan dan bentuk neonatal.
Pada colicepticemia bentuk pernapasan, bakteri masuk ke sirkulasi darah akibat kerusakan mukosa saluran pernapasan sehingga dapat diamati peradangan pada laryng, trakea, paru-paru, serta kantung udara keruh. Hal tersebut dapat lebih parah jika bersamaan dengan penyakit lain seperti Newcastle Disease (ND), Infectious Bronchitis (IB), mycoplasmosis, atau faktor lain seperti tingginya kadar amonia di kandang. Ciri yang lain yaitu adanya selaput fibrin pada jantung (pericarditis) dan hati (perihepatitis), dan peritonitis (peradangan pada peritoneum/dinding rongga perut).
Colicepticemia bentuk neonatal menyerang pada anak ayam umur 1-2 hari yang ditandai adanya gangguan pertumbuhan dan kematian yang bisa bertahan hingga 10-20%. Perubahan yang ditemukan antara lain sisa kuning telur tidak terserap dan limpa membesar. Setelah beberapa hari infeksi berjalan, akan timbul lesi khas polyserositis serofibrinous yang ditemukan pada peritoneum, pericardium, kantung udara, dan selaput hati.
Bentuk lanjutan, yaitu colicepticemia yang berkelanjutan menyebabkan terjadinya meningitis (peradangan di selaput otak), panopthalmitis (mata kemerahan, bengkak, bola mata buram, perkejuan di mata, hingga kebutaan). Panophtalmitis sering mengikuti infeksi coryza yang biasanya dikelirukan dengan penyakit SHS (Swollen Head Syndrome). Coligranuloma (adanya bungkul-bungkul pada hati, usus, dan penggantungnya), Tingkat kematian yang terjadi pada bentuk ini bisa mencapai 75%. bursitis sternalis (sternum atau tulang dada tertutup cairan lendir kental bernanah), arthritis (sendi meradang, bengkak, ada cairan bening mengkeju).
Pencegahan Colibacillosis
- Colibacillosis bisa ditularkan dari induk ke anak ayam secara vertikal. Oleh karena itu penting untuk melakukan seleksi DOC sebelum masuk kandang terutama yang menunjukkan gejala Colibacillosis yakni pusar basah, karena jika terus dipertahankan produktivitasnya tidak akan optimal dan berpotensi menularkan ke ayam lain
- Penerapan biosecurity yang baik seperti rutin melakukan sanitasi kandang, baik saat kosong kandang mapupun saat berisi ayam. Penerapan biosecurity 3 zona, membatasi tamu, hewan lain masuk ke lingkungan kandang. Desinfeksi peralatan (tempat ransum, tempat minum, dll.) menggunakan Medisep.
- Mencegah litter sebelum menjadi sangat kering dan berdebu dengan tidak memasang litter terlalu tebal (ketebalan litter cukup 8-12 cm saja).
- Mengatur sirkulasi udara dalam kandang dengan baik dan bersihkan debu di sekitar kandang karena berpotensi terkontaminasi E. coli. Usahakan agar sirkulasi udara baik, mudah berganti dan ayam merasa nyaman.
Penanganan Colibacillosis jika Terlanjur Menyerang
- Culling (seleksi) ayam dengan gejala penyakit parah karena tingkat kesembuhan penyakit relatif kecil.
- Pengobatan dengan antibiotik yang efektif untuk bakteri Gram negatif. Pada kasus yang belum parah dapat diberikan antibiotik melalui air minum misalnya Neo Meditril, Tinolin atau Proxan-S. Namun jika kondisi ayam sudah parah sehingga konsumsi air minum ayam menurun, pengobatan bisa dipertimbangkan menggunakan antibiotik via injeksi seperti Neo Meditril-I atau Tinolin Injection. Dalam pengobatan Colibacillosis ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, selain dosis, serta lama pemberian yang harus sesuai, perlu dilakukan rolling antibiotik dari golongan yang berbeda untuk menghindari resistensi antibiotik.
- Rutin melakukan pengecekan kualitas air dengan uji laboratorium pada saat pergantian musim atau sumber air.
- Pemberian asam organik seperti Asortin, untuk menjaga keseimbangan mikroflora usus dengan menjaga pH optimum saluran cerna sehingga meningkatkan performa ayam.
- Pemberian vitamin untuk meningkatkan nafsu makan dan daya tahan tubuh, misalnya Vita Stress, Imustim, atau Fortevit.
- Desinfeksi kandang dan lingkungan dengan Medisep atau Neo Antisep setiap hari untuk mengurangi bibit penyakit di lingkungan.
- Perbaikan manajemen pemeliharaan seperti pengaturan kepadatan, memastikan sirkulasi udara baik, manajemen litter agar tidak basah dan lembap, kecukupan nutrisi pada pakan, serta kontrol kadar amonia.
Kejadian penyakit Colibacillosis di kandang masih perlu menjadi perhatian. Serangannya pada semua umur pemeliharaan serta di semua musim menjadikan faktor pemeliharaan dan biosecurity sebagai barrier pertama kita dalam menanggulanginya agar collibacillosis tidak kembali menyerang ke peternakan kita.