Bawang merah (Allium cepa var. Aggregatum) merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak dibudidayakan dan memiliki nilai ekonomi tinggi. Bawang merah menjadi bumbu atau penyedap masakan yang digunakan sehari-hari dan cenderung selalu dibutuhkan. Manfaat lain dari bawang merah adalah sebagai obat tradisional.
Bawang merah di Indonesia dapat ditanam di dataran rendah hingga tinggi. Namun untuk pertumbuhan yang optimal penanaman banyak dilakukan di dataran rendah (0 – 450 mdpl) dengan suhu udara 25-32°C. Bawang merah yang ditanam di dataran tinggi memiliki umur yang lebih panjang 0,5 -1 bulan dan produksi lebih sedikit. Tanaman bawang merah membutuhkan penyinaran matahari yang maksimal untuk hasil yang baik.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), produksi bawang merah di Indonesia pada tahun 2021 sebesar 2 juta ton dengan luas panen 191.201 ha. Hasil produksi tersebut meningkat 10,42% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Produksi bawang merah terbesar berasal dari provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur dan NTB.
Seiring dengan meningkatnya populasi manusia maka permintaan bawang merah diperkirakan akan meningkat, maka diperlukan usaha-usaha yang diperlukan untuk meningkatkan produksi. Ada berbagai macam cara yang dapat digunakan, antara lain dengan penambahan luas panen, penggunaan bibit unggul, teknik budidaya dan lainnya. Namun dalam budidaya tanaman bawang merah tentunya banyak tantangan yang harus dihadapi petani, antara lain iklim yang tidak menentu, harga pupuk yang mahal, alih fungsi lahan pertanian, penurunan kualitas lahan pertanian dan organisme pengganggu tanaman (OPT) seperti hama dan penyakit.
OPT Bawang Merah
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) pada tanaman bawang merah sangat beragam baik dari hama maupun penyakit. OPT yang menyerang tanaman bawang merah dapat dilihat pada tabel berikut.
OPT yang menyerang tanaman bawang merah dapat menyebabkan kerugian apabila tidak dikendalikan. Oleh karena itu diperlukan upaya-upaya untuk memberikan perlindungan pada tanaman agar tidak terjadi kehilangan hasil panen akibat serangan OPT. Salah satu OPT pada bawang merah adalah hama ulat bawang yang memiliki persentase luas serangan tertinggi yaitu 50,6%.
Hama Ulat Bawang
Ulat bawang (Spodoptera exigua) merupakan salah satu hama penting karena tingginya serangan dan menimbulkan kerugian yang besar. Ulat bawang dapat menyerang pada musim hujan maupun kemarau, namun serangan tinggi terjadi pada musim kemarau. Ulat bawang dapat merusak tanaman dari fase vegetatif hingga generatif. Dan serangan ulat aktif pada malam hari. Serangan dapat menyebabkan berkurangnya produksi bawang merah atau hingga gagal panen. Tingginya populasi dan tingkat kerusakan yang dihasilkan membuat hama ulat bawang menjadi hama yang paling ditakuti oleh petani bawang merah.
Siklus Hidup Ulat Bawang
Ulat bawang (Spodoptera exigua) memiliki silus hidup 21-28 hari. Siklus hidup ulat bawang terdiri dari empat fase, yaitu telur, ulat, pupa, ngengat. Berikut ini adalah siklus hidup dari ulat bawang:
- Telur
Fase telur ulat bawang selama 2-4 hari. Telur ulat bawang diletakkan berkelompok pada daun bawang merah. Satu kelompok telur berisi ±80 butir telur. Seekor ngengat dapat menghasilkan 500-600 butir telur.
- Ulat/Larva
Fase ulat selama 8-14 hari. Setelah menetas ulat akan masuk kedalah rongga daun bawang dengan membuat lubang. Ulat memiliki ukuran 0,1-2,5 cm dan berwarna hijau saat masih muda hingga hijau kecoklatan saat sudah tua. Fase ulat adalah fase yang merusak tanaman.
- Pupa/Kepompong
Fase pupa ulat bawang selama 6-7 hari. Pupa ulat bawang berwarna coklat dengan ukuran 9 – 11 mm. Pupa biasanya berada di dalam tanah (dalam 1 cm) atau di panggal batang yang terlindung di bawah daun kering.
- Ngengat/Imago
Ngengat adalah tahapan serangga dewasa. Ngengat mulai bertelur pada umur 2 – 10 hari. Ngengat ulat bawang memiliki warna sayap depan coklat tua dan sayap belakang berwarna keputih-putihan dengan garis-garis hitam pada tepinya. Ngengat memiliki ukuran rentangan sayap 2,5 – 3 cm.
Gejala Serangan Ulat Bawang
Ulat bawang menyerang daun tanaman bawang merah yang masih muda maupun sudah tua. Ulat yang baru menetas masuk ke dalam daun bawang dengan membuat lubang. Ulat menggerek atau memakan permukaan bagian dalam daun dan hanya akan menyisakan bagian epidermis (bagian luar daun) saja. Daun bawang terdapat bercak putih yang terlihat menerawang tembus cahaya (Sumber: Litbang Pertanian). Semakin tingginya tingkat serangan akan membuat daun berlubang dan patah.
Cara Pengendalian
Pengendalian hama ulat bawang harus dilakukan untuk menekan perkembangan hama dan tidak terjadinya pengurangan hasil produksi. Ada berbagai macam cara yang dilakukan untuk mengendalikan hama, antara lain pengendalian secara kultur teknis, mekanis, hayati, dan kimiawi (pestisida).
- Kultur Teknis
Melakukan budidaya tanaman dengan teknik tertentu sehingga membuat kondisi areal tanam kurang sesuai bagi tempat berkembangnya hama.
- Bersihkan lahan dan sekitarnya dari gulma dan sisa tanaman sebelumnya. Hama dapat hidup di tanaman inang lainnya.
- Tanam serempak untuk membatasi sumber makanan hama ulat bawang.
- Pengolahan tanah yang intensif dengan membalik tanah dapat mematikan larva maupun pupa yang berada di dalam tanah.
- Rotasi tanam dengan tanaman bukan bawang untuk memutus siklus hidup hama.
2. Mekanis/Fisik
Pengendalian dengan cara pengambilan hama dan menggunakan faktor-faktor fisik yang dapat mempengaruhi hama.
- Mengumpulkan kelompok telur dan ulat pada tanaman bawang kemudian dimusnahkan.
- Menggunakan perangkap lampu untuk menangkap ngengat yang akan bertelur.
3. Hayati
Pemanfaatan agen hayati atau organisme yang dapat berperan sebagai patogen dari ulat bawang. Virus Se-NPV (Spodoptera exigua – Nuclear polyhedrosis virus) adalah salah satu patogen yang dapat mengendalikan ulat bawang. Virus Se-NPV dapat didapatkan dari ulat yang telah terinveksi, lalu virus dikembangkan dan disemprotkan kembali ke lahan.
4. Kimiawi/Pestisida
Pengendalian secara kimiawi atau pestisida adalah cara yang paling banyak digunakan. Penggunaan pestisida memiliki kelebihan, antara lain paling efektif, efisien, praktis, dan hasil pengendalian cepat terlihat. Namun, dalam penggunaan pestisida perlu dilakukan secara tepat. Pemilihan produk yang digunakan harus tepat agar target hama dapat dikendalikan secara efektif.
Emaplus 50 EC merupakan insektisida dengan bahan aktif Emamectin benzoat 50 g/l yang efektif untuk mengendalikan hama ulat bawang (Spodoptera exigua). Emaplus 50 EC memiliki cara kerja kontak dan lambung. Ulat yang terkena semprotan maupun ulat yang memakan daun yang sudah disemprot akan mati. Ada juga insektisida lainya yang dapat mengendalikan hama ulat bawang, antara lain Hoowla 5,7 SG dan Knocker 360 EC.