Tanaman padi (Oryza sativa) merupakan salah satu komoditas pertanian yang penting bagi manusia. Beras yang berasal dari padi menjadi sumber karbohidrat utama di negara-negara Asia, terutama Indonesia. Lebih dari 50% penduduk dunia bergantung pada beras (Childs, 2004). Menurut Badan Pusat Statistik (BPS, 2021) total konsumsi beras di Indonesia sebanyak 28,69 juta ton. Kebutuhan beras diprediksi akan semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia.

Produksi padi di Indonesia pada tahun 2021 yaitu sebesar 54,42 juta ton GKG (gabah kering giling), jika dikonversikan menjadi beras sekitar 31,36 juta ton. Hasil produksi tersebut mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 0,43% (BPS, 2022). Banyak faktor yang dapat menyebabkan penurunan produksi padi, antara lain iklim yang tidak menentu, harga pupuk yang mahal, alih fungsi lahan pertanian, penurunan kualitas lahan pertanian dan organisme pengganggu tanaman seperti hama dan penyakit.

Penyakit Pada Tanaman Padi

Berdasarkan data BPS, luas fase vegetatif awal tertinggi pada bulan Desember dan Januari (Grafik 1). Data tersebut menunjukan penanaman padi banyak dilakukan pada bulan Desember-Januari dan pada kondisi musim hujan. Penyakit merupakan salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap produksi padi pada musim hujan. Kondisi yang basah dan lembab menyebabkan perkembangan penyakit semakin meningkat. Penyakit yang menyerang tanaman padi dapat menyebabkan kerugian apabila tidak dikendalikan. Oleh karena itu, perlu perhatian khusus untuk memberikan perlindungan tanaman dari serangan penyakit agar tidak terjadi kehilangan hasil panen yang lebih besar.

Penyakit dapat disebabkan oleh berbagai jenis organisme, seperti jamur, bakteri, nematoda dan virus. Penyakit yang menyerang tanaman padi antara lain:

Penyakit Bercak Coklat Sempit

Salah satu penyakit pada tanaman padi adalah bercak coklat sempit/bercak daun cercospora.Penyakit ini tersebar di seluruh negara penghasil padi seperti Jepang, Tiongkok, Amerika Tengah, Afrika dan Asia Tenggara. Di Indonesia penyakit bercak coklat sempit tersebar di seluruh Pulau Jawa dan wilayah lain yang menjadi sentra tanaman padi. Di wilayah Jawa Barat penyakit ini tersebar merata di Karawang, Subang, Indramayu dan Cirebon.

Penyakit bercak coklat sempit disebabkan oleh jamur Cercospora oryzae. Jamur Cercospora oryzae menyebar melalui angin, air dan membutuhkan kondisi yang basah untuk berkembang. Di Indonesia penyakit ini dapat menurunkan produksi padi hingga 40%. Penurunan hasil terjadi karena daun dan pelepah yang mengering sebelum waktunya sehingga menyebabkan tanaman rebah.

Penyakit Bercak Coklat Sempit

Gejala bercak coklat sempit (Cercospora oryzae) adalah sebagai berikut:

  • Gejala penyakit timbul pada daun berupa bercak-bercak sempit memanjang berwarna coklat kemerahan.
  • Bentuk bercak sejajar dengan tulang daun dengan ukuran panjang ± 5 mm dan lebar 1-1,5 mm.
  • Bercak yang memenuhi permukaan daun dapat mengakibatkan daun menjadi layu, menguning dan kering.
  • Ketika serangan berat bercak-bercak dapat ditemukan di pelepah daun, batang, dan bunga.
  • Serangan pada pelepah daun dan batang dapat menyebabkan pelepah dan batang busuk dan tanaman menjadi rebah.

Penyakit bercak coklat sempit dapat menyerang semua fase tanaman. Fase yang paling rentan terserang adalah saat munculnya malai hingga pengisian biji. Infeksi pada daun bendera pada fase tersebut dapat berdampak langsung pada hasil produksi, karena pengisian bulir padi menjadi terhambat.

Cara Pengendalian

Pengendalian penyakit perlu dilakukan untuk mengurangi dampak kerugian. Pengendalian penyakit bercak coklat sempit (Cercospora oryzae) dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, untuk menekan perkembangan dan penyebaran penyakit namun tetap aman bagi lingkungan dan menjaga keseimbangan ekosistem. Pengendalian dilakukan secara kultur teknis, penggunaan varietas tahan dan kimiawi.

  1. Kultur teknis
  • Bersihkan lingkungan disekitar lahan dari sisa tanaman sebelumnya dan gulma. Jamur Cercospora oryzae dapat bertahan hidup di sisa-sisa tanaman yang terserang sebelumnya dan rumput-rumputan.
  • Pengaturan jarak tanam agar tidak terlalu rapat sehingga bisa mengurangi kelembaban di areal pertanaman padi (25 x 25 cm). Jarak tanam yang lebar membuat sinar matahari lebih banyak masuk dan sirkulasi udara lebih baik sehingga kelembaban udara dan penyakit semakin berkurang (Prasetyo, 2017).
  • Pemupukan yang berimbang N, P, K yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Penggunaan pupuk N yang berlebih dapat meningkatkan resiko tanaman terserang penyakit. Sedangkan pupuk K dapat meningkatkan ketahan tanaman dari penyakit.
  • Pemakaian kembali jerami sebagai kompos dapat membunuh jamur yang ada di jerami. Jerami padi juga mengandung unsur hara yang bermanfaat bagi tanaman.
  • Kandungan tertinggi pada jerami adalah K (Kalium) dan Si (silikon) yang bermanfaat untuk meningkatkan ketahanan tanaman (Tabel 2).

2. Varietas Tahan

  • Salah satu cara yang efektif dan mudah dilakukan adalah penanaman varietas tahan.
  • Varietas padi tahan terhadap Cercospora oryzae adalah Pandan Wangi dan Hitam Gagak.
  • Varietas padi rentan terhadap Cercospora oryzae adalah IR64, Ciherang, Sunggal dan Inpari 4.

3. Kimiawi

Pengendalian OPT (hama dan penyakit) secara kimiawi adalah cara yang paling banyak digunakan. Pengendalian secara kimiawi menggunakan pestisida merupakan cara yang paling efektif, efisien dan praktis.

Untuk memberikan efektivitas dalam pengendalian penyakit, pestisida yang dipilih harus yang efektif dan telah mendapatkan perijinan atau registrasi. Fungisida Qiutane 80 WP merupakan salah satu fungisida yang efektif digunakan untuk mengendalikan penyakit bercak coklat sempit (Cercospora oryzae).

Fungisida Qiutane 80 WP berbentuk tepung berwarna biru mengandung bahan aktif Mancozeb 80%. Qiutane bekerja secara kontak yang dapat melindungi dan mencegah penyakit menginfeksi tanaman. Pada saat aplikasi fungisida sebaiknya ditambah Diffuse sebagai perekat, perata dan penembus agar fungisida yang sudah disemprotkan dapat bertahan lama dan tidak mudah hilang saat turun hujan.

Qiutane 80 WP merupakan fungisida dengan bahan aktif Mancozeb yang terdaftar untuk tanaman padi. Pada umumnya fungisida kontak yang digunakan pada tanaman padi adalah bahan aktif Propineb. Mancozeb dan Propineb adalah dua bahan aktif yang berasal dari satu golongan, yaitu ditiokarbamat. Dalam cara kerja mengendalikan penyakit, kedua bahan aktif tersebut memiliki cara kerja yang sama, yaitu secara kontak.

Lindungi Padi dari Penyakit Ketika Musim Hujan
Subscribe To Our Newsletter
We respect your privacy. Your information is safe and will never be shared.
Don't miss out. Subscribe today.
×
×
WordPress Popup Plugin