Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan musim hujan pada tahun 2022/2023 akan datang lebih awal dibandingkan normalnya. BMKG telah memprakirakan awal musim hujan di Indonesia terjadi di bulan September hingga November 2022. Sedangkan puncak musim penghujan tahun ini terjadi di bulan Desember 2022 dan Januari 2023.
Bagi sebagian peternak, datangnya musim hujan membawa kekhawatiran tersendiri karena biasanya produktivitas ayam di musim hujan tidak sebagus ketika musim panas. Saat musim hujan, ayam akan lebih mudah stres, peka terhadap lingkungan dan rentan terhadap penyakit. Permasalahan-permasalahan lain yang sering muncul pada musim hujan seperti :
- Penurunan kualitas air minum dan pakan
- Kurangnya pencahayaan
- Kondisi lingkungan kandang yang tidak nyaman karena kelembapan tinggi di dalam kandang
- Genangan air yang memicu berkembangnya vektor penyakit seperti lalat dan nyamuk.
Penyakit pernapasan ayam seperti Chronic Respiratory Disease (CRD) dan CRD Kompleks sangat erat kaitannya dengan kondisi lingkungan yang tidak menentu. Kejadian penyakit ini dapat muncul di setiap musim, baik musim kemarau, musim hujan, dan musim pancaroba (pergantian musim kemarau ke hujan dan sebaliknya). Berikut data kejadian kasus yang berhasil kami kumpulkan dari personil lapangan Medion untuk kasus Chronic Respiratory Disease (CRD) dan CRD Kompleks dari bulan Januari 2021 hingga Juli 2022 (Grafik 1).
Dari grafik tersebut, kejadian kasus CRD dan CRD Kompleks tampak fluktuatif di sepanjang tahun 2021. Saat musim kemarau dengan perbedaan suhu siang dan malam yang ekstrem, ketika siang hari panas menyengat namun malam hari dingin menusuk. Sementara itu, pada musim hujan kelembapan lingkungan menjadi tinggi yang dapat memicu terjadinya stres. Selain itu, kondisi lingkungan seperti ini menjadi ideal untuk tumbuh dan berkembangnya bibit penyakit sehingga ayam menjadi rentan terinfeksi penyakit CRD dan CRD Kompleks.
Kondisi ini bisa terjadi terutama untuk peternakan dengan sistem pemeliharaan kandang terbuka (open house). Lalu, bagaimana kita mempersiapkan diri untuk menghadapi kedua penyakit ini di musim hujan tahun ini? Tentunya dengan mengenal lebih dalam tentang penyakit CRD dan CRD Kompleks, mulai dari penyebab, faktor predisposisi, pencegahan, dan penanganannya, sehingga peternakan ayam kita bisa melewati musim hujan tahun ini dengan produktivitas yang tetap optimal.
Penyebab Penyakit CRD dan CRD Kompleks
Chronic Respiratory Disease (CRD) merupakan penyakit yang menyerang sistem pernapasan pada ayam yang sifatnya kronis dan dapat ditemukan pada semua kelompok umur ayam. Disebut penyakit “kronis” karena penyakit ini berlangsung lambat, tetapi proses penyakitnya berlangsung secara terus menerus dalam jangka waktu lama dan sulit untuk disembuhkan.
Penyebab penyakit CRD adalah adanya infeksi dari Mycoplasma gallisepticum yang merupakan mikroorganisme mirip bakteri (bacteria-like organism). M. gallisepticum umumnya berbentuk coccoid (bentuk mendekati bundar atau oval) dengan ukuran 0,25 – 0,5 μm.
M. gallisepticum sensitif terhadap sinar matahari dan berbagai golongan desinfektan, misalnya Neo Antisep New Formula, Medisep,atau Sporades. Mikroorganisme ini memiliki karakter yang khas yaitu tidak memiliki dinding sel, maka dapat tahan terhadap antibiotik golongan penicilin yang target obatnya adalah merusak dinding sel. Mikoorganisme ini dapat hidup di dalam feses selama 1-3 hari pada suhu 20°C, dalam kuning telur selama 18 minggu pada suhu 37°C atau selama 6 minggu pada temperatur 20°C.
M. gallisepticum menimbulkan masalah serius pada ayam dimana bakteri tersebut sering bekerja sinergis dengan agen infeksi lain seperti Escherichia coli. E. coli adalah bakteri yang hampir ditemukan pada semua tempat, terlebih pada tempat-tempat yang kotor. Penyakit akibat E. coli sering dikenal dengan colibacillosis. CRD yang menyerang saluran pernapasan, semakin membuka kesempatan bagi bakteri lain seperti E. coli untuk ikut menginfeksi ayam sehingga terjadilah CRD kompleks. CRD kompleks merupakan gabungan/komplikasi penyakit antara CRD dan colibacillosis.
Kejadian Penyakit dan Faktor Predisposisi CRD dan CRD Kompleks
Penyakit CRD merupakan penyakit yang hampir selalu ditemukan pada setiap periode pemeliharaan ayam baik pedaging maupun petelur. Penyakit ini banyak ditemukan saat pergantian musim pancaroba, musim hujan dengan curah hujan tinggi, musim kemarau panjang dengan suhu dan kelembapan yang fluktuatif pada siang dan malam hari.
Perubahan musim seringkali mempengaruhi kualitas air yang ada di lokasi peternakan. Saat musim hujan, peningkatan curah hujan akan menambah volume air tanah. Saat musim hujan akan banyak ditemukan genangan air, dimana bisa menjadi tempat ideal bagi berkembangbiaknya parasit (serangga dan cacing), dan mikroorganisme patogen, seperti E. coli.
Selanjutnya bibit penyakit yang berkembang tersebut akan menyebar dengan sangat cepat didukung oleh tingginya pergerakan aliran air selama musim hujan. Dan bukan tidak mungkin air sumur pun ikut tercemar. Selain itu, tempat penampungan air/torn yang kotor/jarang dibersihkan, akan menjadi tempat yang baik untuk berkembang biak bakteri coliform atau E. coli. Jika air yang diminum ayam mengandung banyak cemaran bakteri E. coli maka akan meningkatkan kejadian kasus colibacillosis.
CRD bersifat imunosupresif atau mampu menekan sistem kekebalan tubuh ayam. Saluran pernapasan ayam secara alami dilengkapi dengan pertahanan mekanik berupa silia. Serangan CRD dapat menyebabkan kerusakan silia pada saluran pernapasan. Padahal silia ini termasuk ke dalam salah satu sistem pertahanan primer yang berfungsi mencegah masuknya bibit penyakit. Dengan tidak berfungsinya silia akibat CRD, maka bibit penyakit lain akan mudah masuk ke dalam tubuh ayam. Di lapangan kasus CRD sering disertai komplikasi dengan penyakit colibacillosis, sehingga menjadi CRD kompleks.
Kejadian kasus CRD maupun CRD kompleks akan lebih tinggi pada kondisi stres. Faktor-faktor stres yang dapat mendukung kejadian penyakit ini contohnya seperti kondisi manajemen pemeliharaan yang kurang baik, kadar amoniak yang tinggi di kandang, lingkungan kandang yang berdebu, pemeliharaan ayam dengan umur yang berbeda dalam satu lokasi atau pemeliharaan multiumur, fluktuasi suhu yang terjadi antara siang dan malam, serta kelembapan lingkungan kandang yang tinggi.
Penularan Penyakit CRD dan CRD Kompleks
M. gallisepticum dapat ditularkan secara vertikal dari induk yang terinfeksi ke anak ayam, dan secara horizontal yaitu melalui
aerosol, kontaminasi pakan, air, lingkungan, sarana produksi ternak lain, serta aktivitas pekerja di kandang. Infeksi bersifat kronis pada beberapa unggas dan dapat berlangsung selama berhari-hari hingga berbulan-bulan. Ketika unggas mengalami cekaman stres, penularan horizontal dapat terjadi dengan cepat melalui aerosol (sistem pernapasan), setelah itu infeksi menyebar dalam satu kandang atau kawanan/flock.
Setelah individu atau kawanan terinfeksi CRD, ayam-ayam ini akan tetap terinfeksi seumur hidup dan bertindak sebagai pembawa atau reservoir. Penularan flock ke flock terjadi dengan mudah melalui kontak langsung atau tidak langsung dari pergerakan unggas, burung liar, peralatan, atau pekerja dari flock yang terinfeksi ke flock yang rentan. Penularan antar flock ini bisa diperparah pada kondisi kandang yang berdekatan dan ayam yang dipelihara dalam satu lokasi terdiri atas umur yang berbeda/multiumur.
Penularan E. coli dapat secara vertikal dari induk ayam kepada anak ayam dan biasanya menyebabkan kematian dini yang tinggi pada anak ayam. Penularan juga dapat melalui kontak langsung dengan ayam yang sakit dapat menulari ayam yang sensitif. E. coli jugadisebut dengan bakteri patogen oportunistik, karena penyakit yang ditimbulkannya bersifat sekunder atau sebagai ikutan dari penyakit lain, misalnya CRD. Ketika ayam yang terkena cekaman stres tinggi, kemudian terinfeksi CRD yang bersifat imunosupresif, bakteri E. coli akan lebih mudah untuk menginfeksi ayam. Penularan E. coli juga dapat terjadi secara kontak tidak langsung, yaitu penularan melalui kontak antara ayam yang rentan dengan bahan-bahan yang tercemar oleh leleran tubuh atau feses ayam yang menderita colibacillosis.
Proses Terjadinya Penyakit (Patogenesis) CRD dan CRD Kompleks
M. gallisepticum masuk ke dalam tubuh ayam melalui saluran pernapasan. Pada dasarnya saluran pernapasan ayam dilengkapi dengan sistem pertahanan mekanik berupa bulu getar (cilia) dan kimiawi dengan mukus (lendir). M. gallisepticum ini menempel pada reseptor epitel yang disebut sialoglikoprotein. Kemudian ia menempel dan merusak mukosa epitel sambil memperbanyak diri. Adanya infeksi ini akan memicu terjadinya radang dan aliran darah di daerah tersebut menjadi meningkat. M. gallisepticum akan ikut aliran darah dan menuju kantung udara, dimana kantung udara merupakan tempat kesukaan M. gallisepticum untuk hidup dan memperbanyak diri.
Mycoplasma memiliki ciliostatic yang merupakan faktor yang menyebabkan lemahnya aktivitas cilia. Di samping itu, M. gallisepticum merupakan salah satu dari beberapa Mycoplasma yang mensekresikan hidrogen peroksida, yang dapat menyebabkan stres oksidatif pada membran sel inang. Rusaknya cilia dan stres oksidatif yang ditimbulkan akibat infeksi M. gallisepticum inilah yang menyebabkan penyakit lain mudah masuk dan turut menginfeksi sehingga memperparah terjadinya penyakit pada ayam. Beberapa penyakit yang sering menginfeksi bersamaan dengan bakteri ini antara lain collibacilosis yang kemudian kita kenal dengan istilah CRD kompleks.
Gejala Klinis dan Perubahan Patologi Anatomi
Masa inkubasi CRD berkisar 6–21 hari. Gejala klinis yang muncul dapat bervariasi, dari subklinis sampai kesulitan bernapas, tergantung derajat keparahan penyakit. Gejala klinis yang terlihat antara lain adalah keluar lendir dari hidung dan ngorok. Gejala lain yang muncul adalah radang pada konjungtiva mata sehingga bengkak dan berair.
Feed intake turun diikuti dengan perkembangan bobot badan di bawah standar. Ayam dapat mengalami gangguan pertumbuhan ataupun penurunan produksi telur pada ayam petelur. Penurunan produksi telur biasanya bertahan pada tingkat yang rendah. Namun jika sudah berkomplikasi dengan colibacillosis, maka gejala klinis yang muncul pada ayam umur muda di antaranya ayam terlihat menggigil, kehilangan nafsu makan, penurunan bobot badan, dan peningkatan FCR atau rasio konversi ransum. Anak ayam lebih sering terlihat bergerombol di dekat pemanas.
Kasus CRD kompleks bisa memicu mortalitas hingga angka 10-15%, atau bahkan bisa mencapai 20%. Sementara untuk CRD murni, kematian yang ditimbulkan terbilang sangat rendah, sekitar 5% atau tidak ada.
Perubahan patologi anatomi yang terlihat antara lain rongga dan sinus hidung berlendir. Jika perubahan ini terjadi dalam waktu yang lama, lendir akan berwarna kuning dengan konsistensi seperti keju. Kantung udara menjadi keruh atau mengandung lendir. Kekeruhan pada kantung udara biasa disebut dengan airsaculitis atau peradangan pada kantung udara ini merupakan perubahan patologi anatomi khas/patognomonis pada ayam yang menderita CRD. Pada saluran pernapasan atas dapat dijumpai peradangan pada laring dan peradangan pada trakhea.
Pada ayam yang menderita komplikasi antara CRD dengan colibacillosis dapat ditemukan peradangan pada pericardium, kapsula hati (perihepatitis) dan pada kantung udara. Peradangan pada saluran telur juga seringkali ditemukan. Perubahan lain yang dapat ditemukan antara lain selaput lendir trakea terselaputi dengan cairan lendir, bengkak dan berwarna merah kekuning-kuningan.
Kerapkali juga ditemukan ayam mengalami diare berwarna hijau, kuning keputih-putihan. Ayam yang menunjukkan gejala klinis ini akan mati dalam waktu singkat. CRD jika menyerang ayam yang masih berumur muda, gejala yang muncul berupa tubuh yang lemah, sayap terkulai dan feses berwarna seperti tanah.
Pencegahan CRD
Kasus CRD dan CRD Kompleks dapat muncul di setiap periode pemeliharaan. Namun, kasus tersebut dapat diminimalisir kemunculannya, seperti memperhatikan semua hal terkait dengan manajemen pemeliharaan. Agar penyakit CRD dan CRD kompleks dapat dicegah, kita perlu melakukan perbaikan sistem manajemen pemeliharaan yang komprehensif, yaitu dengan melakukan beberapa hal sebagai berikut:
1. Memilih DOC yang baik
Perbaikan dapat dimulai dari memilih DOC yang baik. Karena CRD maupun colibacillosis dapat ditularkan secara vertikal, maka kita perlu melakukan seleksi awal pada DOC yang datang. Kejadian berulang pada CRD dan CRD Kompleks mungkin saja berawal dari fase brooding.
Peternak yang mendapatkan DOC dengan kualitas yang kurang baik, misalkan jika peternak mendapatkan DOC dengan berat badan di bawah standar (< 40 gram untuk DOC broiler dan < 37 gram untuk DOC layer). Maka akan lebih rentan terserang penyakit pernapasan seperti CRD dan CRD Kompleks.
Hal lain yang dapat dilakukan selain memilih DOC yang baik adalah memperbaiki sistem pemanas/brooding karena indikator keberhasilan dimulai dari fase tersebut. Lalu, menekan laju kadar amoniak yang ada di dalam kandang, dengan pengaturan ventilasi atau sistem buka tutup tirai kandang, termasuk mengurangi tumpukan feses di bawah lantai kandang (jika kandang panggung).
2. Manajemen litter
Kondisi litter sebaiknya tetap dijaga agar selalu dalam kondisi kering terutama saat musim penghujan. Perlu dilakukan manajemen bolak-balik litter untuk mencegah litter basah dan menggumpal. Litter yang basah dan kotor akan memicu timbulnya penyakit gangguan saluran pernapasan dan pencernaan, karena di litter banyak berkembang bibit penyakit.
Pada kasus litter yang cepat basah dapat berpotensi meningkatkan kadar amonia di dalam kandang. Untuk menurunkan kadar amonia bisa diberikan bahan tertentu yang dapat mengikat amonia.Salah satu produk yang dapat mengikat amonia adalah Ammotrol. Produk Ammotrol merupakan produk herbal yang aman digunakan setiap hari dalam jangka waktu lama untuk mengikat amonia tanpa menimbulkan efek samping dan residu. Pemberian Ammotrol juga relatif mudah, cukup disemprotkan ke kotoran atau dilarutkan dalam air minum, serta bisa diberikan bersamaan/dicampur dengan vitamin atau antibiotik.
Pembolak-balikkan litter dilakukan secara teratur setiap 3-4 hari sekali mulai umur 4 hari sampai umur 17 hari. Saat musim penghujan kondisi litter akan mudah basah dan menggumpal. Jika jumlah litter yang menggumpal sedikit, maka dapat dipilah dan dikeluarkan dari kandang. Namun jika jumlah litter yang menggumpal atau basah sudah banyak, lebih baik tumpuk dengan litter yang baru hingga yang menggumpal tidak tampak.
3. Ventilasi udara yang baik
Sistem ventilasi udara yang baik akan menjaga kualitas udara tetap optimal bagi ayam. Udara kotor yang bercampur dengan amonia dan CO₂ akan bisa terbuang keluar kandang digantikan dengan oksigen. Pengaturan buka tutup tirai, tinggi lantai panggung maupun lebar dan jarak antar kandang sangat berpengaruh terhadap sistem ventilasi udara. Pada pemeliharaan sistem open house, saat musim penghujan manajemen tirai harus diperhatikan supaya ayam tidak kedinginan dan tidak terkena tampias air hujan maupun aliran udara yang terlalu kencang.
4. Menjaga kondisi ayam agar tetap sehat
Hal utama yang diusahakan dalam menjaga kondisi ayam tetap sehat adalah menghindari faktor stres. Faktor penyebab stres antara lain agen penyakit, lingkungan yang tidak nyaman dan tata laksana pemeliharaan yang tidak baik. Berikan multivitamin (Strong n Fit, Vita Stress atau Fortevit) dan Imustim untuk meningkatkan stamina serta daya tahan tubuh ayam.
5. Penerapan biosekuriti
Adapun penerapan biosekuriti tersebut antara lain dengan memperbaiki tata laksana kandang, melakukan sanitasi dan desinfeksi di lingkungan kandang menggunakan Formades atau Sporades, melakukan pembersihan dan desinfeksi peralatan kandang (tempat ransum, tempat minum, dll.) menggunakan Medisep, secara rutin melakukan sanitasi air minum menggunakan Desinsep untuk membunuh E. coli yang terdapat dalam air minum.
Rutin membersihkan talang air minum atau flushing pada pipa air minum juga dapat dilakukan untuk mencegah terbentuknya biofilm. Biofilm ini merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri E. coli. Biofilm juga dapat dicegah dengan penggunaan gelombang suara dengan memasang perangkat Harsonic. Harsonic akan memancarkan gelombang ultrasonik sehingga dapat meluruhkan biofilm yang ada di dinding pipa dan mencegah terbentuknya kembali biofilm. Selain itu, kita juga dapat melakukan pengujian air di MediLab untuk menguji tingkat cemaran bakteri pada air minum ayam.
Pengobatan CRD dan CRD Kompleks
Ayam yang terserang CRD dan CRD kompleks diberikan antibiotik seperti Tinolin, Remisin, atau Rofotyl. atau injeksi dengan Tinolin Injection atau Lincomed-LA. Selain menggunakan antibiotik-antibiotik tersebut, upaya pencegahan dan pengobatan kasus CRD dan korisa dapat menggunakan Fithera yang merupakan produk herbal Medion.
Selain pemberian antibiotik, beberapa tindakan yang harus dilakukan dalam menangani kasus CRD antara lain:
- Pemberian multivitamin dosis tinggi Fortevit pada malam harinya untuk mengatasi stres dan meningkatkan stamina tubuh ayam.
- Pada fase finisher ayam pedaging, perhatikan kepadatan kandang, apakah benar-benar padat atau hanya kepadatan semu. Bila ternyata padat, lakukan penjarangan (seleksi). Sedangkan kepadatan semu terjadi saat ayam berkumpul di tempat tertentu disalah satu sisi kandang untuk menghindari kondisi yang tidak nyaman, misalnya sinar matahari yang berlebihan atau angin yang kencang. Untuk kondisi ini, maka atur buka tutup tirai dengan baik.
- Jika perlu pasang kipas atau blower untuk membantu perputaran sirkulasi udara.
- Lakukan penyemprotan dalam kandang dengan desinfektan Antisep atau Neo Antisep untuk membasmi M. gallisepticum dan E. coli.
Manajemen pemeliharaan yang baik dan penerapan biosekuriti kandang yang ketat menjadi kunci pencegahan penyakit CRD dan CRD kompleks. Semoga menambah wawasan kita semua dan diharapkan peternakan kita terhindar dari penyakit CRD maupun CRD kompleks di musim hujan tahun ini. Salam.