Telur merupakan produk utama dari usaha peternakan ayam petelur. Selain jumlah telur (hen day, red), kualitas telur juga menjadi perhatian utama peternak. Berat telur, warna dan ketebalan kerabang menjadi parameter yang menunjukkan kualitas telur.
Telur yang dihasilkan dari kandang, ada yang dijual berdasarkan jumlah satuan (butir) maupun berat penimbangan (kg). Namun di Indonesia, peternak lebih banyak menjual telur dengan ditimbang. Oleh karena itu, banyak peternak yang fokus untuk meningkatkan berat telur sehingga keuntungan semakin tinggi.
Struktur dan Komposisi Telur
Sebutir telur terdiri dari beberapa bagian, mulai dari kerabang, putih telur, kuning telur dan rongga udara. Secara detail, struktur telur tercantum pada gambar berikut di bawah ini.
Telur tersusun dari beberapa komponen nutrisi, mulai dari karbohidrat, protein, lemak dan mineral serta air. Oleh karena itu, agar telur bisa terbentuk secara optimal maka ayam harus mendapatkan suplai nutrisi, baik dari ransummaupun air minum dalam jumlah dan kualitas yang sesuai dengan kebutuhan ayam. Tabel 1 menunjukkan komposisi dari sebutir telur.
Bagian terbesar dari sebutir telur adalah putih telur (58%), kemudian kuning telur (31%) dan kerabang (11%). Mengetahui komposisi telur ini menjadi sangat penting agar kita mampu memberikan perlakuan yang tepat saat ada masalah produksi telur maupun berat telur.
Air merupakan komponen nutrisi terbesar yang sangat vital bagi pembentukan telur. Hal ini dikarenakan 65% penyusun telur adalah air. Sedangkan untuk protein, lemak dan abu (mineral) berkontribusi 11-12%. Bagian kuning telur tersusun dari 48% air dan kemudian lemak (32,5%). Dengan kata lain, jika kita menghendaki ukuran kuning telur membesar maka kita perlu menambahkan suplai lemak yang lebih tinggi dalam ransum.
Sama halnya dengan kuning telur, air merupakan komponen terbanyak yang menyusun putih telur mencapai 87%, kemudian komponen kedua adalah protein (11%). Protein yang terkandung dalam ransum, terutama asam amino akan meningkatkan kualitas dari putih telur, khususnya dari tingkat kekentalan putih telur. Penambahan asam amino, seperti metionin, lisin dan treonin, seperti yang terkandung dalam Mix Plus akan membantu memperbaiki kualitas putih telur.
Abu (mineral) menjadi komponen tersebar yang menyusun kerabang telur, yang mencapai 93,5%. Dan ternyata kerabang telur juga tersusun atas protein (4,5%) yaitu di bagian membran kerabang yang kaya akan protein-cystein.
Pemahaman kita akan struktur dan komposisi telur ini akan membantu dalam identifikasi permasalahan kualitas telur. Perlu diketahui analisis bagian yang perlu kita perbaiki (tingkatkan, red) agar kualitas telur semakin lebih baik. Pun demikian saat kita ada masalah dengan berat telur, maka kita bisa mengurutkan analisis permasalahannya. Dapat diketahui hal ini disebabkan bagian putih telur yang menjadi bagian terbesar bermasalah, atau disebabkan kerabang telurnya yang tipis.
Meningkatkan Berat Telur
Berat dan besar telur akan bertambah sejalan dengan semakin bertambahnya umur ayam. Berat telur yang optimal adalah kisaran 62,5 gram per butir atau 1 kg berisi 16 butir. Untuk mencapai berat telur yang optimal ini, menjadi wajib untuk diperhatikan yang pertama adalah tingkat konsumsi air minum. Mengingat, air adalah komponen terbesar penyusun sebutir telur.
Air minum harus tersedia dalam jumlah dan kualitas yang optimal, terutama saat cuaca panas (heat stress). Air minum yang diberikan harus senantiasa dicek. Jumlah konsumsi air minum seringkali belum menjadi kontrol dalam catatan pemeliharaan (recording, red). Kecuali peternakan yang sudah menambahkan water meter (meteran air, red), seperti pada closed house. Pola konsumsi ransum pun sangat dipengaruhi oleh konsumsi air minum. Saat kondisi tertentu, konsumsi air minum bisa meningkat drastis, dan kondisi ini akan mengakibatkan konsumsi ransum menurun. Hal ini terutama terjadi saat kondisi heat stress.
Selain air minum, faktor yang berpengaruh terhadap berat telur diantaranya :
1. Strain ayam
ISA Brown, Lohmann Brown, Hisex Brown, Hyline Brown dan Novogen Brown merupakan 5 strain ayam petelur yang digunakan peternak di Indonesia. Kelima strain ayam petelur ini memiliki kemampuan menghasilkan telur yang berbeda-beda. Secara detail hal ini bisa dilihat dari manual management guide. Meskipun demikian, kondisi lingkungan dan manajemen pemeliharaan sangat berpengaruh terhadap pencapaian berat telur ini. Akan lebih baik, kita analisis dari data recording yang dimiliki masing-masing peternakan. Bisa jadi suatu daerah lebih cocok menggunakan strain Lohmann Brown, namun di daerah lain lebih sesuai memelihara strain ISA Brown. Dan ini bisa dicek dengan data produksi telur (hen day) dan berat telur dari masing-masing strain. Tabel 2 menunjukkan salah satu contoh perbedaan strain ayam akan menghasilkan berat telur yang berbeda.
2. Umur awal produksi
Secara umum, ISA Brown menyebutkan umur awal produksi yang mundur 1 minggu akan menyebabkan berat telur bertambah 1 gram. Misalnya saat awal bertelur umur 18 minggu berat telur ISA Brown adalah 42,3 gram/butir dan jika awal produksi mundur menjadi 19 minggu maka berat telur akan lebih berat, mencapai 43,3 gram/butir. Dan umur saat tercapainya hen day 50% juga sangat berpengaruh terhadap berat telur (Tabel 3).
3. Berat badan
Berat badan akan berpengaruh terhadap berat dan besar telur yang dihasilkan. Berat badan ini dimulai dari fase starter sampai awal produksi telur.
Berat badan yang kecil akan menghasilkan telur dengan ukuran kecil dan berat yang ringan (Tabel 4 dan 5). ISA Brown menyimpulkan perbedaan 80 gram berat badan saat awal produksi akan meningkatkan berat telur sebesar 1 gram.
4. Penambahan minyak
Minyak merupakan bahan baku sumber energi. Minyak yang ditambahkan selain berfungsi meningkatkan energi juga berperan meningkatkan palatabilitas (rasa kesukaan) ransum karena menurunkan tingkat ransum berdebu. Minyak juga dapat meningkatkan suplai asam linoleat, yang bisa meningkatkan ukuran dan berat telur. Sumber minyak yang bisa digunakan antara lain minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak kedelai maupun minyak ikan. Penambahan minyak saat kondisi heat stress sangat baik dilakukan, mengingat energi yang dihasilkan dari minyak lebih aman saat kondisi panas. Karena minyak menghasilkan heat increment (panas tubuh) yang lebih rendah dibandingkan sumber energi lainnya, sehingga tidak menambah heat stress pada ayam. Tabel 6 menunjukkan penambahan minyak sebanyak 4% akan meningkatkan berat telur secara signifikan.
5. Asam amino
Asam amino merupakan komponen utama yang menyusun putih telur. Metionin, lisin, treonin, isoleusin, triptofan dan valin merupakan contoh beberapa asam amino yang berpengaruh terhadap berat telur. Tabel 7 menunjukkan pengurangan kandungan asam amino (metionin) akan menyebabkan penurunan berat telur.
Selain metionin, penambahan treonin dalam ransum juga akan meningkatkan produksi dan berat telur (Tabel 8). Mix Plus LLM3A merupakan salah satu contoh premix yang mengandung asam amino.
Penggunaannya akan membantu meningkatkan produksi dan berat telur. Untuk ransum konsentrat, penambahan Mix Plus LLM3A sebesar 2-5 kg akan meningkatkan berat telur. Sedangkan untuk ransum self mixing dosis Mix Plus LLM3A adalah 15 kg per ton. Namun jika diperlukan dosisnya bisa dinaikkan untuk membantu meningkatkan berat dan kualitas telur.
6. Bentuk sediaan ransum
Ukuran partikel ransum yang terlalu lembut akan menyebabkan feed intake, produksi telur dan berat telur menurun (Tabel 9).
Berat telur yang optimal menjadi parameter penting tercapainya performa ayam petelur. Memahami struktur dan komposisi telur, kemudian dihubungkan dengan faktor-faktor yang menentukan berat telur akan menjadi modal yang penting agar mampu menghasilkan telur dengan berat yang optimal. Demikian, semoga artikel ini bermanfaat. Salam.