Kualitas kerabang telur menjadi salah satu parameter yang senantiasa diperhatikan oleh peternak. Produksi telur (hen day) yang tinggi, tanpa diikuti dengan kualitas kerabang telur yang optimal akan mengurangi tingkat keberhasilan pemeliharaan ayam petelur.

Kualitas kerabang telur yang baik ditunjukkan dari kekuatan dan warna kerabang. Dengan kata lain, kerabang yang tidak mudah pecah atau retak dengan warna coklat mengkilap menjadi dambaan peternak.

Standar Kualitas Warna Kerabang Telur

Warna kerabang telur yang disukai masyarakat Indonesia adalah coklat mengkilat. Semakin coklat, telur akan diasumsikan berkualitas bagus. Selama ini penentuan warna kerabang hanya menggunakan persepsi atau visualisasi dari konsumen.

Egg Shell Color Fan atau Kipas Warna Kerabang Telur menjadi salah satu alat bantu untuk menentukan level warna kerabang telur. Semakin tinggi nilainya, maka telur semakin berkualitas bagus.

Hendrix Genetics yang merupakan perusahaan pembibitan ayam petelur ISA Brown menggunakan reflektometer untuk mengukur warna kerabang telur. Reflektometer ini bekerja dengan mengambil persentase warna idari hitam (0%) dan putih (100%). Untuk warna kerabang yang baik memiliki nilai 25-40%.

Saat ini juga sudah dapat digunakan Lab untuk mengukur satuan kualitas warna kerabang telur. Pengukurannya menggunakan chromameter yang metodenya lebih detail mendeteksi warna kerabang telur. Alat ini juga digunakan secara umum untuk pengukuran warna, mulai dari warna daging maupun warna sayuran. Rentang nilai Lab berbeda dengan refrektometer, semakin rendah nilai Lab maka warna kerabang telur semakin coklat tua. ISA Brown menstandarkan kualitas warna kerabang telur yang baik maksimal adalah 17.0 Lab (semakin tinggi nilai maka kerabang telur semakin putih).

Faktor Penentu Kualitas Kerabang Telur

1. Kualitas ayam

Kondisi ayam yang perlu diperhatikan terkait dengan kualitas kerabang telur adalah :

  • Kualitas kerangka tulang. Ini bisa dilihat dari besar dan panjang tulang kaki (shank) serta lebar tulang selangka (os pubis). Dua hal tersebut menggambarkan adanya deposit kalsium dalam jumlah yang banyak. Ayam dengan tulang kaki dan tulang selangka kecil cenderung akan menghasilkan telur dengan ukuran kecil dan warna yang pucat.
  • Ukuran tembolok dan gizzard (ampela). Dua organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan (depo) pakan. Ukuran yang optimal (besar), akan menyebabkan depo makanan untuk memenuhi kebutuhan ayam menjadi lebih banyak. Hal ini menjadi penting, mengingat proses pembentukan kerabang terjadi lebih lama saat di malam hari, dimana sudah tidak ada aktivitas makan lagi. Padahal saat itulah kalsium sebagai komponen utama penyusun utama kerabang diperlukan dalam jumlah yang cukup.

2. Faktor pakan

Faktor pakan ini dibagi menjadi 4, yaitu :

  • Penggunaan pakan pre layer

Perbedaan kadar kalsium yang sangat tinggi, yang mencapai 400% antara pakan grower dan layer seringkali menjadi kendala bagi ayam untuk meningkatkan feed intake-nya. Hal ini akan terlihat saat awal sampai puncak produksi, feed intake sulit tercapai. Selain peningkatan kadar kalsium yang sangat signifikan, bentuk sediaan kalsium ini juga berbeda antara pakan grower dan layer.

Pemberian pakan pre-layer ini juga berfungsi untuk mengoptimalkan perkembangan tulang meduler (medullary bone). Tulang meduler ini berfungsi menyuplai kalsium untuk pembentukan kerabang telur. Perkembangan tulang meduler yang tidak optimal, akan mengakibatkan kualitas kerabang telur tidak baik, mulai dari mudah retak sampai warna yang pucat.

Pemberian pakan pre-layer ini hendaknya dilakukan 2 pekan sebelum ayam mulai bertelur. Rata-rata peternak terlambat melakukan pergantian pakannya. Biasanya saat ayam sudah bertelur baru pakan diganti. Akibatnya ayam tidak mendapatkan suplai kalsium yang sesuai dengan kebutuhan. Kelumpuhan ayam petelur saat awal masa produksi menjadi salah satu akibat dari keterlambatan suplai kalsium ini, terlebih lagi jika selama masa pullet ada keterlambatan pertumbuhan.

  • Ukuran partikel kalsium

Selain kadar dalam pakan yang harus sesuai dengan kebutuhan ayam petelur, ukuran partikel bahan pakan sumber kalsium seperti limestone (tepung atau grit batu), kerang maupun tulang juga harus diperhatikan. Hal ini terkait dengan lama waktu proses pembentukan kerabang telur yang mencapai 18-20 jam. Selain itu, juga terkait dengan masa retensi atau masa bertahan lama di saluran pencernaan (tembolok, gizzard dan usus).

Tabel 1. menunjukkan data bahwa sediaan kalsium berbentuk mash atau serbuk akan lebih cepat dikeluarkan dari saluran pencernaan. Hal ini akan berakibat kurangnya suplai kalsium untuk pembentukan kerabang. Sedangkan sumber kalsium berbentuk grit atau butiran akan mampu bertahan lama di dalam gizzard sehingga dapat dicerna dan diserap secara perlahan-lahan saat malam hari untuk pembentukan kerabang telur.

Sumber kalsium sebaiknya diberikan dalam kombinasi dua sediaan, yaitu 30-40% berbentuk serbuk sedangkan 60-70% disediakan dalam bentuk butiran (grit). Hal ini karena sumber kalsium berbentuk mash (serbuk) juga diperlukan untuk pembentukan kembali tulang medular yang diambil kalsiumnya saat pembentukan kerabang telur di malam hari.

Aplikasi midnight feeding atau pemberian ransum pada tengah malam juga bisa meningkatkan kualitas kerabang telur.

  • Manajemen pemberian pakan

Pemberian pakan hendaknya dilakukan 2x sehari, yaitu pagi dan siang hari dengan perbandingan pakan 30-40% untuk pemberian pagi dan 60-70% untuk pemberian siang. Tujuan pemberian siang atau sore hari lebih banyak adalah untuk membantu ketersediaan suplai nutrisi (terutama kalsium) saat malam hari sehingga kualitas kerabang menjadi lebih optimal.

  • Homogenitas

Sumber kalsium, seperti tepung atau grit batu, tepung tulang biasanya memiliki berat yang lebih besar dibandingkan sumber pakan lainnya. Kondisi ini akan sangat berpengaruh pada homogenitas atau kerataan campuran pakan. Saat di mixer, grit batu akan lebih cepat turun dibandingkan bahan baku lainnya. Oleh karena itu, perlu sekiranya dilakukan optimasi untuk lama waktu yang paling tepat untuk pencampuran.

3. Faktor lingkungan

Kondisi lingkungan yang perlu diperhatikan adalah suhu udara, kadar CO₂ dan O₂. Saat suhu panas, maka ayam akan cenderung menurunkan nafsu makan sehingga asupan nutrisi tidak tercapai. Ini akan menyebabkan penurunan produksi telur (hen day turun) dan penurunan kualitas kerabang.

Selain suhu, yang perlu diperhatikan adalah kadar CO₂ dan O₂. Kedua komponen ini harus seimbang didalam darah. Kadar CO₂ sangat diperlukan untuk pembentukan kerabang telur yang notabene kandungan utamanya kalsium karbonat. Kalsium berasal dari pakan, karbonat berasal dari kandungan CO₂ dalam darah. Saat ayam panting akan menyebabkan kadar CO₂ hilang dalam darah. Sedangkan kadar O₂ akan membantu hemogoblin berfungsi optimal dalam membawa nutrien-nutrien pakan.

Meskipun di kandang closed house, yang perlu diperhatikan adalah wind speed atau kecepatan angin. Kecepatan angin yang terlalu cepat, akan menyebabkan ayam kehilangan O2. Dan kadang kala ayam panting, sehingga ini akan berpengaruh terhadap kualitas telur.

4. Faktor Penyakit

Penyakit merupakan faktor yang banyak berpengaruh terhadap kualitas telur. Hanya saja biasanya selain kualitas kerabang, hen day telur juga akan menurun akibat penyakit ini. Penyakit yang mempengaruhi kualitas kerabang antara lain ND, AI, IB, EDS, Coryza. Selain penyakit itu, kasus mikotoksin juga akan menyebabkan kualitas kerabang telur menjadi pucat atau putih. Mikotoksin ini, terutama aflatoksin akan menyebabkan kerusakan pada membran gizzard. Jika membran gizzard luka, maka pemecahan grit tidak akan berjalan optimal sehingga suplai kalsium terhambat. Perlu dilakukan pengecekan kondisi gizzard pada ayam dengan kasus kerabang putih.

Demikian, semoga artikel ini bermanfaat.

Optimalkan Kualitas Kerabang Telur
Subscribe To Our Newsletter
We respect your privacy. Your information is safe and will never be shared.
Don't miss out. Subscribe today.
×
×
WordPress Popup Plugin