Vaksin merupakan mikroorganisme yang telah dilemahkan atau dimatikan. Vaksin diformulasikan sedemikian rupa digunakan sebagai infeksi buatan yang terkendali untuk merangsang pembentukan kekebalan tubuh. Salah satu faktor yang berperan penting dalam keberhasilan vaksinasi adalah kualitas vaksin. Vaksin yang berkualitas diharapkan menjadi salah satu faktor penting agar pembentukan antibodi ayam bisa mencapai optimal.
Vaksin yang Berkualitas
Produk vaksin yang dipasarkan harus berkualitas dan memenuhi persyaratan yang berlaku. Persyaratan tersebut diatur dalam Farmakope Indonesia yang dikeluarkan oleh badan resmi pemerintah Indonesia. Farmakope Indonesia memuat informasi standar baku untuk pembuatan vaksin sesuai persyaratan yang berlaku. Selain itu, produk vaksin yang diekspor juga perlu memenuhi standar Farmakope Internasional.
Vaksin yang telah lulus uji dari laboratorium atau produsen vaksin selanjutnya perlu dijaga kualitasnya hingga ke tangan konsumen. Metode penyimpanan atau penanganan (handling) vaksin dari hulu ke hilir menjadi salah satu kunci untuk memastikan vaksin aman dan layak digunakan.
Cold Chain System
Sistem rantai dingin adalah proses menjaga suhu vaksin di kondisi idealnya sehingga kualitasnya tetap terjaga dari awal sampai pelaksanaan vaksinasi. Manajemen penyimpanan dan transportasi harus diperhatikan untuk menjaga kualitas (potensi, keamanan dll.) dari produsen hingga ke tangan peternak. Oleh para produsen, vaksin yang telah lulus proses QC (quality control), disimpan dalam cool room khusus vaksin bersuhu 2-8°C. Selain tersedia di pabrik, ruangan khusus ini juga sebaiknya tersedia di wilayah pemasaran/distributor vaksin. Vaksin yang disusun dalam cool room perlu disesuaikan kepadatan dan tumpukannya agar sirkulasi udara dingin tersebar secara merata. Setelah dari produsen, vaksin didistribusikan ke wilayah pemasaran/distributor menggunakan mobil khusus pengirim vaksin yang telah dilengkapi mesin pendingin agar suhunya tetap terjaga pada 2-8°C.
Sistem Penyimpanan Vaksin
Selain pengiriman, penting untuk memperhatikan penanganan saat penyimpanan vaksin agar kualitas tetap terjaga. Berikut cara penyimpanan vaksin terutama saat telah diterima oleh konsumen yaitu peternak antara lain:
- Menyimpan vaksin dalam lemari es pada suhu 2-8°C.
- Penyimpanan pada lemari es yaitu pada bagian refrigerator, jangan pada bagian freezer.
- Penyimpanan teratur dan diberi jarak antar kemasan agar sirkulasi udara merata.
- Semua jenis vaksin inaktif pada umumnya berbentuk cair yaitu emulsi atau suspensi. Jangan simpan vaksin pada suhu kurang dari 2°C apalagi sampai membeku. Jika membeku, maka bisa dipastikan potensi vaksin inaktif tersebut sudah turun. Hal ini karena struktur kimia adjuvant (zat pembawa) virus vaksin akan rusak pada suhu beku. Itu artinya, virus vaksin di dalamnya juga tidak akan mampu bertahan lama jika adjuvant-nya rusak. Untuk menghindari hal tersebut, maka penerapan rantai dingin (cold chain) wajib dilakukan oleh produsen maupun para pengguna vaksin (peternak).
- Lemari es sebaiknya dikhususkan hanya untuk menyimpan vaksin. Jangan membuka tutup lemari es terlalu sering agar suhu di dalamnya tetap stabil.
- Jangan menyimpan vaksin pada bagian pintu lemari es. Hal ini karena suhu yang tidak stabil dan apabila sering dibuka tutup akan berisiko menganggu stabilitas vaksin.
- Lakukan monitoring suhu lemari es secara rutin agar jika ada ketidaksesuaian suhu akan terdeteksi dari awal.
Apabila terjadi kasus padam listrik, maka lama–kelamaan suhu lemari es akan meningkat. Jika suhu vaksin berada di luar rentang 2-8°C terutama dalam waktu lebih dari 2 jam untuk vaksin aktif dan lebih dari 24 jam untuk vaksin inaktif, maka vaksin sebaiknya tidak digunakan. Meskipun secara penampakan fisik vaksin tidak mengalami perubahan, dikhawatirkan kandungan mikroorganisme vaksin sudah kehilangan potensinya dan tidak mampu menstimulasi pembentukan titer antibodi secara optimal.
Pada kondisi listrik padam, salah satu alternatif yang dapat digunakan dalam menjaga suhu pada rentang 2-8°C adalah menambahkan batu es atau ice pack. Terutama saat tidak memiliki generator listrik (genset). Untuk mempermudah dalam monitoring suhu tersebut, dapat diletakkan termometer ruangan dalam lemari es untuk mengetahui suhu yang nyata sehingga vaksin tetap terjaga.
Teknik Membawa Vaksin ke Kandang
Saat akan dibawa ke kandang, vaksin dapat dimasukkan ke dalam marina cooler, cold box, atau termos berisi es batu sehingga vaksin tetap terjaga pada suhu 2-8°C. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membawa vaksin secara umum:
- Penggunaan vaksin dari ruang penyimpanan harus memperhatikan tanggal kedaluwarsa (FEFO, First Expired First Out) dan urutan masuk vaksin (FIFO, First In First Out).
- Cek kondisi vaksin saat akan digunakan. Perhatikan kondisi fisik dari vaksin.
- Saat distribusi dan penyimpanan sementara, suhu vaksin selalu terkondisikan 2-8°C.
- Letakkan vaksin di bagian bawah dari marina cooler/cold box/termos es kemudian beri es batu/ice pack/thermafreeze di sekeliling dan di atas vaksin. Hal ini terkait dengan penyebaran suhu dingin dari atas ke bawah dengan perbandingan vaksin dan es batu sekitar 50% : 50%. Pada vaksin inaktif harus diberi sekat antara es batu/ice pack dengan botol vaksin agar vaksin tidak membeku. Jangan membawa vaksin menggunakan kantung plastik karena dikhawatirkan tidak dapat menjaga suhu dengan stabil di 2-8°C.
Teknik Thawing Vaksin yang Tepat
Satu hal yang terkadang salah dimengerti saat aplikasi vaksinasi yaitu anggapan bahwa saat vaksinasi dilakukan, vaksin harus tetap dikondisikan suhu dingin. Padahal vaksin perlu dilakukan thawing terlebih dahulu. Thawing atau peningkatan suhu vaksin secara bertahap bertujuan mengondisikan suhu vaksin yang sebelumnya 2-8°C mendekati suhu tubuh ayam atau suhu ruang. Hal ini wajib dilakukan untuk mencegah ayam stres akibat perubahan suhu yang mendadak, dan agar vaksin mudah terserap di dalam tubuh ayam. Teknik dalam melakukan thawing yaitu pada vaksin aktif digenggam dan digosokkan sampai vaksin tidak terasa dingin lagi. Hal ini dapat ditandai dengan hilangnya embun yang menempel pada botol vaksin. Sedangkan pada vaksin aktif dilakukan dengan mencampur vaksin yang berbentuk kering beku dengan pelarut vaksin. Setelah di-thawing, sebaiknya vaksin tidak dimasukkan lagi ke dalam marina cooler yang suhunya 2-8°C karena bisa menurunkan potensi vaksin. Vaksin aktif harus segera habis digunakan dalam waktu 2 jam sedangkan vaksin inaktif 24 jam.
Penggunaan Vaksin pada Ternak
Saat melakukan vaksinasi, beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:
- Jangan gunakan vaksin jika botol retak atau segel rusak serta catat nomer batch vaksin dan perhatikan tanggal kedaluwarsanya.
- Ayam yang akan divaksin dalam kondisi sehat. Apabila ayam sedang terinfeksi penyakit, misalnya Coryza maka lakukan pengobatan terlebih dahulu.
- Teknik vaksinasi yang dilakukan sesuai anjuran (tepat teknik). Jika menggunakan alat suntik, pastikan alat suntik yang digunakan steril. Gunakan alat suntik otomatis/Socorex yang dapat disterilisasi dan digunakan kembali. Pada aplikasi suntik, lokasi injeksi yang tepat menjadi titik kritis. Apabila aplikasi tetes, perhatikan ketepatan dosis yang diberikan yaitu satu dosis setiap ekor dan disesuaikan dengan jenis vaksin, misalnya vaksin aktif Gumboro dengan aplikasi tetes mulut.
- Pada vaksinasi via air minum, pastikan air minum yang digunakan untuk melarutkan vaksin bebas kaporit, desinfektan, ataupun logam (besi, Ca, Mg, dll.) dan memiliki pH netral. Hal ini karena kualitas air minum yang tidak sesuai dapat menganggu stabilitas dan kualitas vaksin dalam air minum. Tambahkan Medimilk 10g/5L atau Netrabil 5g/L air minum 30 menit sebelum vaksin dilarutkan guna memperbaiki mutu air, sehingga daya kerja vaksin tetap baik selama pemberian.
- Pastikan setiap ekor mendapat dosis yang sama dan seragam. Hindari perlakuan kasar yang menyebabkan ayam stres atau tergesa-gesa agar tidak salah suntik. Pastikan tidak ada ayam terlewat tidak tervaksin serta perhatikan batas waktu vaksin setelah dilarutkan. Setelah selesai, pastikan ayam beraktivitas normal (kembali makan dan minum).