Stres pada ayam terutama akibat suhu yang panas (heat stress) menjadi salah satu ketakutan terbesar yang dapat menyebabkan kerugian serius pada usaha budi daya perunggasan. Hal ini juga bisa diperparah jika peternakan ayam tersebut belum menerapkan sistem pengontrolan suhu dan kelembapan secara otomatis yang bisa mengondisikan ayam dalam suasana nyaman (closed house). Data kejadian kasus heat stress yang dikumpulkan tim Technical Education & Consultation (TEC) Medion seperti yang terlihat dalam Grafik 1 dan 2 terjadi peningkatan di tiap tahunnya.
Telah diamati temperatur harian di daerah tropis selama pemeliharaan ayam broiler bisa melebihi 30°C. Sedangkan kebutuhan kondisi suhu untuk ayam broiler akan cenderung menurun seiring pertambahan umur. Kondisi tersebut menyebabkan ayam broiler mengalami kondisi panas yang lebih tinggi dari batas panas yang mampu ditolerir.
Badan meteorologi klimatologi dan geofisika (BMKG) melaporkan bahwa perubahan iklim menyebabkan peningkatan suhu udara rata-rata terakhir pada April 2020 adalah sebesar 0.64 °C. Hal tersebut kurang baik untuk ternak karena di masa mendatang karena akan mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan lingkungan panas. Heat stressbisa mengancam produktivitas ayam, sehingga perlu diantisipasi.
Apa Heat Stress?
Stres panas (heat stress) adalah suatu gangguan yang dialami ayam akibat kondisi suhu udara lingkungan melebihi suhu normal (>28oC) pada zona nyaman. Hal tersebut mengakibatkan ayam tidak mampu untuk menyeimbangkan antara produksi dan pembuangan panas tubuhnya. Perlu diketahui bahwa zona nyaman (comfort zone) ayam berada pada kisaran suhu 25-28oC dengan kelembapan 60-70%. Pada suhu 33°C selama beberapa jam bahkan bisa menyebabkan kematian pada unggas.
Gejala Heat Stress
Pada prinsipnya ketika ayam sedang dalam kondisi heat stress, ayam akan berusaha menurunkan suhu tubuhnya melalui pelepasan panas tubuh. Akan tetapi, karena ayam tidak memiliki kelenjar keringat, maka respon yang terlihat dari tingkah laku ayam ketika mengalami heat stress antara lain:
- Ayam merenggangkan, menggantung, atau melebarkan sayapnya. Akan tetapi usaha ini kurang optimal karena suhu lingkungan kandang tidak berbeda nyata dengan panas tubuhnya.
- Ayam menempelkan tubuh ke dinding kandang yang lebih dingin atau membenamkan tubuhnya ke dalam litter. Terkadang ayam juga melakukan “mandi” di tempat minum.
- Melakukan peripheral vasodilatation atau meningkatkan aliran darah perifer (tepi), terutama pada bagian jengger, pial, dan kaki sehingga bagian tersebut warnanya menjadi lebih merah dan panas.
- Ayam melakukan panting, yaitu bernapas melalui tenggorokan atau meningkatkan evaporasi (penguapan). Ayam akan membuka mulutnya dan menggerakkan tenggorokannya sebagai tempat keluar masuk udara. Pelepasan panas melalui evaporasi memungkinkan ayam untuk menurunkan panas tubuhnya. Meskipun demikian, panting memerlukan aktivitas otot yang lebih tinggi dan dapat menyebabkan meningkatnya kebutuhan energi panas dimana berhubungan dengan cekaman panas. Ayam yang sudah melakukan panting namun suhu tubuhnya tidak menurun, akan menjadi lemah, pingsan, kemudian bisa mati mendadak. Kematian akibat heat stress ini terutama akan mulai terjadi saat suhu tubuh ayam mencapai 42oC atau lebih.
- Konsumsi air akan meningkat jika suhu lingkungan meningkat yang akan menyebabkan feses dan litter menjadi lebih basah.
Faktor Pemicu Heat Stress
Kasus heat stress sendiri lebih rentan dialami oleh ayam dewasa karena telah memiliki bulu yang sempurna sehingga mempersulit pembuangan panas tubuhnya. Selain itu, dari ukuran tubuh yang besar pada ayam dewasa juga dapat dihasilkan panas tubuh lebih banyak.
Secara umum, beberapa faktor pemicu (predisposisi) terjadinya heat stress pada ayam antara lain:
- Potensi genetik yang tinggi
Ayam ras broiler dan layer komersial yang banyak dipelihara saat ini memiliki potensi mampu tumbuh sangat cepat dan bobot badannya besar. Hal tersebut dikarenakan hasil dari rekayasa genetika dengan tingkat produktivitas yang tinggi. Potensi tersebut memang bagus, akan tetapi risiko bobot badan yang terlalu besar tanpa diikuti perkembangan organ dalam seperti paru-paru dan jantung, akan mengakibatkan meningkatnya kasus kematian mendadak yang disebabkan oleh heat stress.
- Sistem pengaturan suhu tubuh ayam
Heat stress relatif mudah ditemukan pada ayam karena suhu tubuh ayam tidak dipengaruhi suhu lingkungan (homeothermik). Selain itu, tubuh ayam tidak dilengkapi dengan kelenjar keringat yang diperlukan untuk mengeluarkan panas tubuhnya.
- Iklim di Indonesia
Indonesia memiliki iklim tropis dengan 2 musim, yaitu musim hujan dan kemarau. Saat musim kemarau, di daerah beriklim tropis, saat siang hari suhu lingkungan akan mencapai titik tertinggi dan kelembaban udaranya akan berada pada titik terendah (udaranya kering). Kondisi ini akan dirasakan oleh ayam sebagai suatu kondisi yang tidak nyaman hingga ayam mengalami heat stress. Pada kondisi inilah saat siang hari diperlukan manajemen kandang secara tepat, misalnya dengan menambahkan kipas angin atau blower.
- Manajemen kandang yang kurang baik
Contohnya pemilihan bahan kandang dan konstruksi kandang yang kurang tepat hingga ventilasi udara yang tidak diatur dengan baik. Selain itu, kebanyakan kandang ayam yang ada di Indonesia dibuat dengan sistem open house (kandang terbuka), di mana suasana di dalam kandang mudah dipengaruhi oleh keadaan lingkungan.
- Kepadatan kandang yang berlebih
Luasan kandang yang kurang/terlalu sempit atau populasi ayam per m2 yang terlalu banyak akan mengakibatkan kompetisi ayam dalam memperoleh oksigen semakin tinggi. Selain itu, kondisi kandang akan menjadi semakin panas karena secara normal ayam juga menghasilkan panas tubuh.
- Kandungan nutrisi yang tidak sesuai kebutuhan
Pemberian ransum dengan kandungan nutrisi, terutama protein kasar yang berlebih bisa memperparah kasus heat stress. Kelebihan protein kasar akan diuraikan oleh tubuh ayam untuk dibuang bersama feses. Penguraian protein kasar ini akan menghasilkan panas tubuh yang jauh lebih besar dibandingkan dengan pencernaan karbohidrat ataupun lemak. Selain itu, protein kasar yang terbuang bersama feses akan diuraikan oleh bakteri yang ada di dalam feses menjadi amonia dan panas.
Mekanisme Heat Stress dan Dampaknya
Ketika ayam menghadapi kondisi panas dari berbagai sumber tersebut, ayam akan merespon dengan cara menurunkan suhu tubuhnya melalui pengeluaran kelebihan energi panas tersebut dari dalam tubuh.
Mekanisme pengeluaran panas tubuh ini akan berfungsi secara normal (optimal), saat ayam dipelihara pada zona nyaman (comfort zone), dengan suhu lingkungan kandang 25-28oC dan kelembaban 60-70%. Diluar kondisi ini, dengan suhu melebihi zona nyaman, maka respon ayam untuk mengeluarkan panas tubuh akan berubah.
Kasus heat stress terbagi menjadi 2 bentuk yaitu bentuk akut dan kronis. Bentuk akut muncul saat terjadi peningkatan suhu secara drastis (tiba-tiba, red), sedangkan bentuk kronis terjadi jika suhu meningkat secara perlahan-lahan dalam waktu yang lama.
Ketika heat stress terjadi pada ayam secara kronis, maka ayam akan langsung memberikan respon secara fisiologis. Gejala yang ditunjukkan adalah adanya perubahan tingkah laku dalam usahanya untuk meningkatkan pelepasan kelebihan (energi) panas tubuh melalui ke-4 cara seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Ketika kondisi tidak nyaman tersebut terus berlangsung, maka ayam akan memberikan respon melalui mekanisme hormonal, dimana kadar hormon ACTH (adeno-cortico-tropic hormone) akan meningkat tajam dalam sirkulasi darah. Akibatnya feed intake (konsumsi ransum) menurun dan konsumsi air minum meningkat.
Dalam situasi demikian, maka gangguan pertumbuhan, keseragaman ayam yang buruk, membengkaknya nilai konversi ransum (FCR), serta munculnya gejala defisiensi nutrisi akan terjadi di lapangan. Akibat terburuk bahkan menyebabkan kematian. Besar kecilnya kerugian akibat heat stress ini dipengaruhi oleh umur, jenis dan berat badan ayam maupun periode dan tingkat heat stress yang dialami oleh ayam (suhu maksimum yang diterima ayam, lamanya cekaman dan kecepatan perubahan suhu udara).
Peningkatan konsumsi air minum saat ayam mengalami heat stress juga membawa dampak tersendiri, salah satunya ialah penurunan kualitas kotoran (menjadi lebih basah). Akibatnya penangan feses menjadi lebih sulit dan pencemaran feses pada telur dan bulu ayam menjadi meningkat sehingga kualitas telur dan kerkas ayam dapat menurun. Selain itu, kondisi feses yang lebih basah akan menyebabkan lalat lebih mudah dan cepat berkembang. Peningkatan kadar amonia juga dapat terjadi akibat feses yang basah, akibatnya kasus penyakit saluran pernafasan, seperti ngorok atau CRD lebih mudah terjadi.
Kondisi suhu yang tinggi juga mempengaruh kestabilan kandungan nutrisi dalam ransum ayam, terutama vitamin. Vitamin merupakan mikronutrien essensial yang diperlukan dalam proses metabolisme di dalam tubuh ayam. Penurunan kadar vitamin ini akan berpengaruh terhadap produktivitas ayam.
Bukan hanya menyebabkan penurunan produktivitas ayam, heat stress juga mengakibatkan sistem kekebalan tubuh melemah (bersifat immunosupresif). Jumlah total sel darah putih dan produksi antibodi menurun secara siignifikan pada ayam layer yang mengalami heat stress. Selain itu, aktivitas limfosit juga akan menurun. Kadar ACTH yang tinggi dalam sirkulasi darah juga akan memicu korteks acrenalis untuk meningkatkan produksi hormon koltisol sehingga terjadi penurunan jumlah maupun perubahan jenis leukosit, yaitu sel eosinofil, basofil dan limfosit.
Selanjutnya Tony Unandar (2012) menyatakan bahwa peningkatan derajat keparahan heat stress yang disebabkan oleh peningkatan aktivitas panting, pada tahap selanjutnya akan mengakibatkan respiratory alkalosis. Ujung-ujungnya akan terjadi ketidakseimbangan mikroflora di dalam usus. Dalam situasi seperti ini, proses penyerapan nutrisi akan terganggu. Akibatnya tentu saja akan semakin memperparah gangguan produktivitas ayam. Kasus-kasus penyakit infeksius di saluran pencernaan pun juga akan bermunculan.
Cara Mengatasi Heat Stress
Penting untuk diketahui bahwa dalam penanganan stres panas perlu memperhatikan dua hal yaitu, upaya mengurangi panas yang dirasakan pada ayam serta mengurangi panas yang dihasilkan dari ayam itu sendiri. Dimulai dari mengatasi suhu tinggi di lingkungan kemudian support kondisi ayam yang menurun karena heat stress ini. Hal tersebut tentunya didukung dengan perbaikan manajemen lingkungan dan pemberian pakan yang sesuai kebutuhan untuk menjaga ayam tidak menghasilkan panas berlebih dari tubuhnya. Cara-cara yang dapat dilakukan sebagai upaya untuk mengatasi heat stress agar tidak terjadi berlarut-larut dan merugikan peternak adalah antara lain:
- Pengaturan ventilasi dengan membuka semua tirai pada saat cuaca panas, sehingga sirkulasi udara panas menjadi cepat berganti dengan udara dingin. Pengaturan ventilasi juga dapat dilakukan dengan memberikan tambahan blower, atau “hujan buatan”.
- Lakukan penjarangan ayam. Penjarangan dalam satu kandang bertujuan untuk mengurangi kepadatan sehingga ayam lebih merasa nyaman, tidak terlalu panas, padat, dan dapat dengan leluasa meradiasikan panas dari dalam tubuhnya ke lingkungan. Contoh pelepasan panas dengan radiasi ialah ayam merenggangkan atau melebarkan sayapnya. Pada ayam umur < 14 hari, perlebar sekat kandang juga dapat dilakukan untuk mengurangi kepadatan kandang. Saat heat stress kepadatan kandang dapat dikurangi 10%.
- Perhatikan litter, sebab litter yang sudah tidak layak dapat menjadi sumber panas tanpa kita sadari, melalui sistem fermentasi yang berada pada litter itu sendiri. Tambahkan litter baru jika kondisnya sudah sangat lembap oleh feses yang basah.
- Memberikan air dingin yang baik kualitasnya. Suhu air minum yang baik adalah 20-24oC. Air dingin dapat digunakan untuk membantu ayam menstabilkan suhu tubuh ayam saat udara lingkungan tinggi. Saat suhu tinggi nafsu minum ayam meningkat drastis, bahkan jika suhu mencapai 32oC konsumsi air minum bisa meningkat 50%. Atur pula distribusi tempat air minum (TMA) dan kontrol ketersediaan air secara berkala (terutama jika menggunakan TMA manual). Jika perlu tambah jumlah TMA sehingga tidak mempersulit ayam untuk mengaksesnya.
- Sesuaikan perlakuan dengan kondisi lingkungan, misalnya tidak melakukan vaksinasi, potong paruh (debeaking) atau perlakuan lain pada saat suhu lingkungan tinggi, karena hal ini dapat lebih memperparah kondisi heat stress. Kegiatan seperti di atas dapat dilakukan saat cuaca dingin atau malam hari.
- Sebaiknya tidak memberikan ransum pada siang hari saat kondisi suhu sedang tinggi, karena bisa menyebabkan kematian akibat tingginya aktivitas metabolisme pencernaan dan dihasilkannya banyak panas tubuh. Untuk itu, manajemen yang dapat dilakukan adalah dengan memberi 1/3 ransum pada pagi hari, kemudian 2/3 ransum pada waktu menjelang sore, dan memberikan ransum tambahan yang mengandung suplemen kalsium atau mineral lain yang dibutuhkan oleh ayam pada malam hari.
- Berikan vitamin dan elektrolit. Vitamin yang paling utama adalah vitamin C.
Pemberian vitamin C dapat digunakan untuk membantu ayam mengatasi heat stres. Penelitian menunjukkan bahwa pemberian vitamin C dapat membantu memperbaiki berat telur, tebal kerabang, dan produksi telur saat terjadi heat stress. Hal tersebut disebabkan oleh adanya peningkatan konsumsi ransum oleh ayam. Pardue dan Thaxton (1986) menyatakan bahwa vitamin C dikenal sebagai antistres yang baik dan banyak diberikan pada unggas karena dibutuhkan dalam reaksi hidroksilasi pada kelenjar adrenal untuk menurunkan produksi hormon ACTH.
Sedangkan menurut Piliang (2001), pemberian vitamin C dalam kondisi stres atau saat cekaman lingkungan tinggi, mampu mempertahankan konsentrasi vitamin C yang normal dalam plasma darah, karena ketika stres ayam tidak mempunyai kemampuan mensintesis vitamin C dalam jumlah yang cukup.
Selain vitamin C, pemberian elektrolit juga sangat dibutuhkan. Menurut Ahmad dan Sarwar (2006), kondisi ketidakseimbangan asam basa dalam darah saat stres dapat diperbaiki melalui suplementasi elektrolit melalui air minum. Contoh produk multivitamin Medion yang bisa digunakan dalam mengatasi stres pada ayam ialah Vita Stress atau Kumavit karena keduanya lengkap mengandung vitamin C serta elektrolit. Berikan juga Imustim sebagai imunostimulan yang mampu meningkatkan sistem kekebalan pada kondisi imunosupresi (misalnya kondisi stres)
- Tingkatkan bisekuriti. Saat suhu tinggi, perkembangan bibit penyakit di dalam paralon air minum menjadi lebih cepat. Oleh karenanya jadwal pembersihan dan desinfeksi saluran air minum sebaiknya ditingkatkan. Begitu juga desinfeksi kandang. Saat ada ayam pilih desinfektan yang aman, seperti Antisep, Neo Antisep atau Medisep. Jika di dalam saluran air minum telah terbentuk lapisan atau kerak (disebut biofilm yang merupakan tempat perkembangan bibit penyakit yang baik) sebaiknya dilakukan flushing (mengalirkan air bertekanan) dengan melarutkan hidrogen peroksida (H2O2) 15-20 ppm, asam sitrat 1,5-2 g/l atau asam cuka 8 ml/l, karena pada kondisi banyak terdapat biofilm, senyawa desinfektan tidak dapat bekerja secara optimal.
Pencegahan untuk Heat Stress
Di daerah tropis seperti di Indonesia, kejadian kasus heat stress mau tidak mau pasti menimpa ayam, terutama pada wilayah peternakan yang udaranya kering. Dalam upaya membuat suasana di dalam kandang terasa nyaman, disarankan menggunakan kandang sistem tertutup (closed house). Namun saran untuk penggunaan kandang terbuka tetap dianjurkan untuk memiliki sistem ventilasi yang cukup, atap berbentuk monitor, dibangun memanjang mengarah timur-barat, serta dilengkapi dengan tanaman pelindung di sekitar kandang. Berikut penjelasannya :
- Menciptakan
suasana nyaman (comfort zone)
bagi ayam, melalui :
- Kandang dibangun dengan memperhatikan sistem sirkulasi udara yang baik. Pilih bahan atap yang mampu mereduksi (mengurangi) panas. Jika perlu gunakan sistem atap monitor. Ada pula beberapa farm yang telah menambahkan sistem hujan buatan di atas atap yang digunakan saat kondisi suhu panas.
- Kandang sistem slat (panggung) dengan ketinggian 1,5-2 meter akan membantu memperlancar sirkulasi udara. Penambahan blower atau kipas semakin meningkatkan kualitas udara di dalam kandang, hanya saja perlu diperhatikan kecepatan angin sebaik-nya tidak lebih dari 2,5 meter/detik. Selain itu, arah aliran anginnya juga harus searah
- Perhatikan jarak antar kandang, jarak kandang dengan tebing maupun ketinggian pohon yang berada di sekitar kandang. Jarak antar kandang minimal 1 x lebar kandang (lebar kandang sebaik-nya tidak lebih dari 7 m)
- Atur kepadatan kandang, misalnya 1 m2 untuk 15 kg atau 6-8 ekor ayam broiler, serta 8 ekor/m2 untuk ayam layer umur 6-16 minggu.
- Terapkan
manajemen pemeliharaan yang baik
- Sediakan air minum yang berkualitas dalam jumlah yang cukup.
- Berikan ransum dengan kandungan nutrisi yang sesuai dan atur distribusi tempat ransumnya.
- Atur sistem buka tutup tirai kandang, sesuaikan dengan kondisi cuaca.
Dengan mengetahui berbagai penyebab heat stress dan menerapkan manajemen pencegahan yang tepat diharapkan akan mampu menekan kerugian yang bisa muncul akibat kasus heat stress tersebut. Selamat berkarya dan sukses selalu. Salam.