Beternak itik telah menjadi budaya di tanah air terutama di masyarakat pedesaan dengan memelihara secara tradisional dan sebagai usaha sampingan. Jawa Barat (9.557.464 ekor) menjadi provinsi di tanah air dengan populasi itik tertinggi di tahun 2017, diikuti dengan provinsi Sulawesi Selatan (5.792.172 ekor) dan Jawa Timur (5.638.059 ekor). Di tahun 2017, populasi itik di Indonesia mencapai 49.709.403 ekor (Statistik Pertanian dan Peternakan 2017). Permintaan daging dan telur itik yang terus meningkat inilah yang membuat minat masyarakat untuk mengembangkan usaha peternakan komoditas unggas air ini.

Gangguan Produktivitas pada Itik

Itik mempunyai keunggulan dibanding unggas lainnya yaitu daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan baru sehingga mampu dibudidayakan sebagai penghasil telur dan daging. Keunggulan lain yaitu memiliki bentuk tubuh besar dengan bobot badan yang lebih berat, sehingga setelah diafkir masih bisa dijual sebagai itik potong. Dari beberapa keunggulan tersebut, sudah sepatutnya kita tetap memperhatikan manajemen pemeliharaan hingga program kesehatan dan biosecurity yang optimal. Karena performa tersebut tidak dapat tercapai apabila itik sakit atau mengalami penurunan produktivitas. Penyebab gangguan kesehatan dan penurunan produktivitas tersebut dapat dilihat dari 2 faktor, yaitu faktor non infeksius dan infeksius.

  1. Faktor Non Infeksius

Produktivitas itik dapat menurun disebabkan oleh manajemen itik yang kurang baik. Seperti kurangnya sanitasi, kurangnya sirkulasi udara kandang, kondisi kandang yang bising dan pergantian pakan dapat membuat itik stres sehingga berpengaruh terhadap proses fisiologis tubuh itik. Kekurangan nutrisi terutama vitamin dan mineral (defisiensi) seperti vitamin A dan D dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan daya tahan tubuh itik menurun. Selain itu, kekurangan vitamin D dapat menyebabkan kelumpuhan pada itik. Itik yang mengonsumsi pakan yang sudah basi dan jamur yang tumbuh di lantai kandang dapat terserang penyakit Mycosis atau keracunan. Itik yang terserang akan mengalami nafsu makan turun, berat badan merosot drastis hingga kematian dalam beberapa hari.

  1. Faktor Infeksius

Itik merupakan unggas yang relatif tahan terhadap penyakit. Tetapi bila lingkungan hidupnya tidak dijaga dengan baik, maka memudahkan itik terserang penyakit. Faktor penyakit infeksius pada itik bisa disebabkan oleh virus, bakteri, parasit, jamur atau mikotoksin, dan beberapa dibawahnya ini merupakan contoh penyakit yang sering menyerang itik:

  1. Infectious Coryza (Snot)

Penyakit Infectious Coryza atau Korisa pada itik sering disebut juga penyakit pilek menular. Penyebabnya yakni bakteri Haemophillus gallinarum. Pemicunya adalah perubahan cuaca dari musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya. Gejala klinis yang ditunjukkan yaitu muka dan mata itik bengkak, keluar lendir kental dari hidung dan nafsu makan menurun.

  1. Avian Influenza

Itik merupakan salah satu unggas yang kemungkinan dapat terserang virus Avian Influenza (AI). Pada saat fase starter dan grower, AI dapat menyebabkan kematian mendadak. Sedangkan untuk itik petelur di masa produksi juga menyerang dengan gejala penurunan produksi telur. Pada itik, serangan AI lebih nyata terjadi pada sistem saraf yaitu leher terpuntir (tortikolis), lumpuh, mata keabu-abuan, dan feses putih kehijauan. Dari bedah bangkai ditemukan paru-paru kehitaman, otak mengalami peradangan dan terdapat green spot (titik berwarna hijau).

  1. Duck Cholera (Kolera)

Penyebab penyakit ini adalah bakteri Pasteurela avicida. Gejalanya terlihat dari nafsu makan berkurang, feses hijau keputihan berlendir, gangguan pernapasan, serta daerah muka dan pial bengkak berisi perkejuan. Hati membesar, berwarna belang, serta terdapat bintik putih (nekrosa), perdarahan bintik-bintik dan menyebar di paru-paru, usus dan jantung.

  1. Koksidiosis

Penyakit yang disebabkan oleh protozoa Coccidia sp. ini menyebabkan itik mengalami diare encer bercampur darah, nafsu makan menurun dan lemah. Itik yang terserang koksidiosis sebagian besar mengalami perubahan organ saluran pencernaan bagian usus halus dan sekum.

  1. Avian paratyphoid (Salmonellosis)

Penyebab penyakit ini adalah bakteri Salmonella typhimurium dan Salmonella enteritidis. Gejalanya itik mengalami diare putih seperti pasta, dan itik tidak dapat berdiri. Ketika dibedah, sekum menebal dan berisi perkejuan, adanya kematian jaringan pada hati dan terlihat titik-titik putih.

  1. Aflatoksikosis

Munculnya penyakit ini adalah akibat aflatoksin yang dihasilkan oleh Aspergillus flavus. Gejala itik yang mengalami keracunan aflatoksin kondisinya sangat lemah, jalan sempoyongan, bulu terlihat kusam, terjadi kelumpuhan dan akhirnya mati. Bila dibedah ditemukan pendarahan dan cairan pada rongga perut. Hati membesar bisa sampai lima kali ukuran normal dengan warna putih kekuningan dan mengeras.

  1. Botulism

Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Clostridum botulinum yang banyak terdapat pada bangkai, seperti bangkai tikus atau bangkai bekicot busuk yang dimakan oleh itik. Itik yang terserang akan menjadi lesu, sayap dan kaki lemas, diare putih kehijauan, leher itik lunglai hingga beberapa jam kemudian mati.

Bagaimana agar Itik Tetap Sehat dan Produktivitas Optimal?

Hal-hal yang perlu kita perhatikan agar itik tidak terserang penyakit dan berproduksi optimal antara lain:

  1. Ciptakan kondisi yang nyaman untuk itik

Keberadaan ventilasi mutlak diperlukan untuk mendapatkan perputaran udara yang optimal sehingga mencegah bibit penyakit bercampur dengan udara bersih yang masuk ke dalam kandang. Kecukupan nutrisi dan air minum juga harus diperhatikan untuk mendukung pertumbuhan dan produksi telur yang optimal. Nutrisi yang cukup juga dapat mencegah itik mengalami defisiensi yang menyebabkan gangguan pertumbuhan dan daya tahan tubuh itik menurun.

Hal lain yang perlu diperhatikan juga dalam memenuhi kebutuhan nutrisi itik di antaranya saat melakukan pergantian ransum ke periode selanjutnya harus dilakukan secara bertahap agar ternak dapat beradaptasi dengan kualitas ransum yang baru. Pemberian ransum jangan sampai terlambat karena akan berpengaruh terhadap produksi telur.

Sesuaikan pula kepadatan kandang. Jika luasan kandang yang diberikan lebih leluasa maka dapat menjamin semua itik mendapat kesempatan yang sama untuk mendapat ransum, air minum, ruang gerak dan oksigen sehingga pertumbuhan dan produksi itik seragam dan mencegah terserangnya penyakit.

  1. Meminimalkan bibit penyakit

Upaya meminimalkannya dengan melakukan sanitasi dan desinfeksi kandang dan peralatan. Tempat pakan dan minum harus dicuci dan didesinfeksi secara rutin. Pada umumnya pakan itik bertekstur lebih basah dibandingkan pakan ayam sehingga perlu dikeruk secara rutin agar mencegah tumbuhnya jamur dari pakan yang lembap. Berikan toxin binder (pengikat racun jamur) seperti Freetox untuk mengurangi konsentrasi aflatoksin dan mikotoksin lain dalam pakan.

Lakukan pula flushing untuk membersihkan lumut atau biofilm yang menempel pada pipa saluran air. Terapkan pula pengontrolan lalu lintas orang yang keluar masuk kandang, penyemprotan kandang dan lingkungan sekitarnya setiap minimal dua kali seminggu dengan Medisep/Antisep/Neo Antisep serta sanitasi air minum dengan Desinsep.

Kendalikan hewan liar dan vektor penyakit seperti tikus yang berkeliaran di kandang dan dapat menyebarkan bibit penyakit. Bangkai tikus yang tergeletak bisa dimakan itik dan menyebabkan keracunan. Pencegahannya dengan menggunakan insektisida. Lakukan kontrol yang teratur dan terprogram terhadap rodentia tersebut.

  1. Vaksinasi

Telah dibahas sebelumnya bahwa itik merupakan salah satu unggas yang memiliki daya tahan tubuh cukup tinggi terhadap penyakit, namun tetap harus dilakukan vaksinasi yang bertujuan menggertak sistem kekebalan dalam tubuh guna menghasilkan daya tahan tubuh yang lebih optimal. Vaksinasi yang pada umumnya diberikan pada itik yaitu vaksinasi ND, AI, IB, Kolera, dan Korisa. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam vaksinasi itik adalah program vaksinasi disesuaikan dengan kondisi setempat, waktu dan teknik pemberian vaksin tepat, dosis vaksin seragam, serta diberikan pada itik sehat. Pastikan alat suntik steril dan jarum tajam jika aplikasi vaksin melalui injeksi (suntikan).

  1. Cleaning program

Cleaning program bertujuan untuk membunuh bibit penyakit yang sedang dalam masa inkubasi (jangka waktu antara bibit penyakit masuk hingga menimbulkan gejala klinis). Berikan obat herbal yang aman untuk itik seperti Fithera yang dapat mencegah infeksi bakterial dan protozoa seperti Korisa, Colibacillosis dan koksidiosis.

  1. Suplementasi

Suplementasi untuk itik bertujuan mengurangi stres, meningkatkan stamina dan daya tubuh itik, serta menjaga produktivitas optimal. Jenis suplemennya terdiri dari vitamin, mineral, asam amino, dan imunostimulan. Beberapa produk yang dapat diberikan antara lain Vita Stress dan Imustim.

  1. Isolasi itik sakit

Itik sakit sebaiknya segera dipisahkan sehingga penularan dapat diminimalkan terutama penyakit infeksius. Sedangkan itik yang mati segera keluarkan dari kandang dan dimusnahkan dengan cara dikubur atau dibakar.

  1. Melakukan pengamatan kesehatan itik secara berkala

Pengamatan kesehatan itik harus dilakukan secara berkala, yaitu saat pemberian ransum dan air minum, membersihkan feses, memberikan vaksin, atau kegiatan rutin lainnya. Tujuannya agar terpantau tanda-tanda awal yang muncul penyakit, seperti kurang nafsu makan atau gejala lainnya sehingga tindakan pencegahan bisa lebih cepat dilakukan.

Salam.

Pentingnya Menjaga Kesehatan Itik
Subscribe To Our Newsletter
We respect your privacy. Your information is safe and will never be shared.
Don't miss out. Subscribe today.
×
×
WordPress Popup Plugin