Hepar atau hati adalah organ terbesar dalam tubuh. Organ ini berwarna merah kecoklatan yang tersusun oleh sel-sel hati atau hepatosit. Hati adalah organ penting yang mensekresikan bahan untuk proses pencernaan. Hati berperan dalam sekresi empedu, detoksifikasi, pembentukan sel darah merah, metabolisme, dan penyerapan vitamin (Ressang, 1984). Hati memiliki fungsi detoksifikasi yang dilakukan oleh enzim-enzim hati. Yaitu dengan mengubah senyawa-senyawa toksik atau racun hasil metabolisme serta yang berasal dari luar tubuh menjadi zat-zat yang secara fisiologis tidak aktif.

Pada unggas, hati akan mengalami kerusakan apabila terdapat mikotoksin (racun jamur) atau zat toksin lain yang berlebih dalam tubuh. Kerusakan hati juga bisa diakibatkan dampak dari munculnya suatu penyakit, maupun penggunaan zat kimia yang berlebihan. Oleh sebab itu, perlu diketahui faktor yang merusak hati dan dampaknya dalam mendukung upaya pencegahan yang tepat agar performa ternak optimal.

Mengenal Peran dan Fungsi Hati

Hati memiliki fungsi yang kompleks antara lain dalam metabolisme karbohidrat, lemak, protein, dan zat besi. Fungsi hati diantaranya:

  • Detoksifikasi

Pengeluaran zat-zat sisa dan hormon serta obat dan senyawa asing lainnya seperti zat racun dan logam berat. Detoksifikasi terjadi karena hati mengandung antioksidan dan enzim-enzim yang dapat merusak kelompok oksigen reaktif yaitu glutathione (GSH), vitamin C dan E.

  • Metabolisme nutrisi

Karbohidrat setelah diolah di saluran cerna akan menjadi glukosa, lalu diserap melalui usus masuk ke dalam peredaran darah dan hati. Di dalam hati sebagian glukosa dimetabolisme sehingga terbentuk energi yang befungsi menjaga temperatur tubuh dan tenaga untuk bergerak.

Glukosa yang tersisa diubah menjadi glikogen dan disimpan di dalam hati dan otot atau diubah menjadi lemak yang disimpan di dalam jaringan subkutan (Guyton & Hall, 2008). Fungsi hati dalam metabolisme protein adalah membentuk asam amino, pembentukan hasil akhir dari metabolisme untuk mengeluarkan amonia dari cairan tubuh, dan membentuk senyawa lain dari asam amino.

  • Pembentukan dan ekskresi empedu

Empedu dibentuk melalui saluran empedu interlobular yang terdapat dalam hati. Empedu yang dihasilkan dialirkan dan disimpan pada kantung empedu. Hati dapat mensekskresikan sekitar 1 liter cairan empedu dalam sehari. Garam empedu penting untuk pencernaan dan penyerapan lemak dalam usus halus. Garam ini sebagian diserap kembali oleh usus halus dan dialirkan kembali ke hati.

  • Lain-lain

Fungsi hati lainnya diantaranya hati merupakan tempat penyimpanan vitamin dan zat besi, membentuk zat-zat yang digunakan untuk koagulasi darah dalam jumlah banyak dan mengeluarkan zat-zat yang tidak dibutuhkan.

Penyebab Kerusakan Hati

Kerusakan hati biasanya disebabkan oleh pengaruh lingkungan dan kesalahan sistem manajemen pemeliharaan, seperti manajemen pakan yang kurang baik sehingga terkontaminasi mikotoksin, pemberian obat-obatan kimia secara berlebihan, nutrisi yang diserap tidak seimbang, dan pengaruh virus yang menular sehingga menimbulkan penyakit serius. Secara spesifik, beberapa faktor penyebab kerusakan hati pada ayam dapat dijelaskan sebagai berikut:

  1. Mikotoksin

Unggas merupakan hewan ternak yang paling peka terhadap mikotoksin. Keberadaan mikotoksin dalam pakan ternak berdampak terhadap kesehatan ternak berupa penurunan produksi, meyebabkan imunosupresi (melemahnya sistem kekebalan tubuh), dan menimbulkan kerusakan organ seperti hati. Mikotoksin adalah senyawa organik yang bersifat toksik (racun), yang dihasilkan oleh kapang (jamur) tertentu. Jika kapang mati, maka produksi mikotoksin berhenti, tetapi mikotoksin yang telah terbentuk tidak hilang (Tabbu, 2002).

 

Kondisi lingkungan seperti suhu dan kelembapan yang tinggi, proses produksi, panen dan penyimpanan yang kurang baik menyebabkan tingginya konsentrasi mikotoksin pada bahan baku pakan sehingga menimbulkan penyakit yaitu mikotoksitosis. Gejala klinis mikotoksikosis pada ayam biasanya tidak terlalu spesifik, umumnya dalam bentuk gangguan performa atau menurunnya produktivitas ayam.

 

Gejala yang ditimbulkan berbeda-beda tergantung dari status kesehatan, umur, jenis kelamin, kondisi lingkungan, tipe serta durasi terpapar oleh mikotoksin. Pada konsentrasi yang tinggi, apabila ayam dibedah dapat didiagnosa bahwa mikotoksin menyerang secara langsung organ spesifik seperti kerusakan hati, ginjal, saluran pencernaan, sistem saraf dan saluran reproduksi. Pada keracunan mikotoksin akut, terjadi perombakan pembekuan darah, kegagalan metabolisme karbohidrat dan lemak serta penurunan sintesis protein pada hati sehingga terjadi penurunan fungsi hati.

  1. Obat kimia berlebihan (parasetamol)

Kerusakan hati dapat terjadi juga akibat penggunaan parasetamol secara terus-menerus dalam jangka waktu lama dan dosisnya tidak tepat. Parasetamol atau asetaminofen merupakan obat penurun suhu tubuh (antipiretik) dan penghilang rasa sakit (analgesik) yang sering digunakan sebagai terapi pada ayam, baik pedaging maupun petelur. Salah satunya pada kasus Gumboro bahwa sudah hal umum jika peternak menggunakan parasetamol untuk membantu menurunkan panas tubuh pada ayam. Saat penyakit tersebut menyerang beberapa organ yang akan mengalami peradangan serta perdarahan dan respon yang ditunjukkan oleh ayam ialah demam.

 

Kerja dari parasetamol ialah diuraikan di hati dengan hasil metabolit berupa senyawa yang belum aktif tetapi masih bersifat toksik (racun). Apabila parasetamol dikonsumsi secara berlebihan dan tidak sesuai dosis yang berlaku, senyawa glutation atau antioksidan tubuh tidak akan mampu berikatan dengan parasetamol. Metabolit ini kemudian akan secara bebas bereaksi dengan enzim-enzim penting dari hati, sehingga hal ini akan memacu terjadinya kerusakan yang parah bahkan kematian karena kegagalan kerja hati.

  1. Fatty Liver Hemorrhagic Syndrome

Fatty Liver Hemorrhagic Syndrome (FLHS) atau dikenal dengan perlemakan hati adalah kondisi berlebihnya lemak dalam hati pada ayam produktif. Asupan energi yang berlebihan dalam ransum dan tidak sesuai kebutuhan merupakan faktor penyebab utama perlemakan hati pada ayam. Perbandingan antara energi dengan protein yang tinggi menyebabkan tingginya pembentukan lemak.

Defisiensi kalsium juga menyebabkan asupan energi dan protein tinggi serta menstimulir penimbunan lemak. Dalam hal ini terjadi peningkatan bobot badan dan bobot hati yang disertai penurunan produksi telur, tergantung tingkat defisiensinya. Konsumsi pakan yang berlebihan juga mengakibatkan asupan nutrisi berlebihan dan akan disimpan menjadi lemak. Berat badan ayam petelur perlu diperhatikan karena seringkali berat tersebut tidak sesuai dengan umur dan fase produksi, hal ini terutama disebabkan oleh kelebihan akumulasi lemak dalam rongga perut. Apabila dilihat saat bedah bangkai, hati bengkak, berwarna pucat kekuningan dan terjadi pendarahan. Di dalam rongga perut akan ada akumulasi lemak dalam jumlah besar.

Selain karena asupan nutrisi secara berlebih, FLHS dapat disebabkan karena variasi strain unggas. Kemampuan bertelur yang berbeda akibat perbedaan genetik pada variasi strain ini akan merangsang terjadinya perlemakan hati yang disebabkan metabolisme estrogen secara intensif.

 

Stres secara akut juga akan meningkatkan pembentukan lemak (lipogenesis). Stres dapat disebabkan akibat peningkatan suhu yang tinggi atau sistem kandang baterai yang kurang baik. Sistem kandang baterai ini menyebabkan aktivitas ternak dalam pelepasan energi cenderung turun, sehingga kelebihan energi akan ditimbun menjadi lemak. Dengan sistem ini pun ayam tidak bisa terlepas dari defisiensi nutrien esensial serta tidak dapat memilih temperatur yang sesuai dengan kebutuhan.

 

  1. Penyakit menular lain

Penyakit lain yang dapat menyebabkan kerusakan hati adalah Inclusion Body Hepatitis (IBH) dan Lymphoid Leukosis (LL). Inclusion Body Hepatitis (IBH) merupakan penyakit menular pada ayam, yang ditandai dengan anemia dan hepatitis disertai dengan badan-badan inklusi di dalam inti sel hati. Penyakit ini disebabkan oleh Adenovirus. Unggas yang terserang adalah ayam, terutama ayam ras petelur dan pedaging pada umur antara 2-13 minggu. Ayam-ayam terserang ditandai dengan gejala lesu, sayap terkulai, kepala bengkak, jengger dan pial pucat, kadang-kadang diare dan muntah, keluar leleran encer dari hidung. Apabila ayam dibedah dapat terlihat hati membengkak berwarna kuning kecoklatan, terdapat bercak, pendarahan dan lembek.

 

Sedangkan di Indonesia pada ayam petelur Lymphoid Leukosis (LL) lebih sering dikenal dengan nama Big Liver Diseases. Penyakit ini disebabkan oleh Leukovirus dan termasuk bentuk dari leukosis kompleks. Penyakit LL banyak ditemukan pada ayam petelur pada umur 16 minggu atau lebih. Penyakit tersebut mudah ditularkan melalui kontak langsung antara ayam-ayam sakit (horizontal) dan secara vertikal. Virus dikeluarkan melalui feses dan dapat mencemari lingkungan kandang, tempat makanan dan minuman ayam. Gejala yang muncul pada penyakit LL berupa nafsu makan menurun, depresi, jengger dan pial terlihat pucat sampai dengan kebiruan, perut tampak membesar dan bila diraba terasa keras serta mengalami perubahan patologi anatomi yang khas pada organ hati. Tumor ditemukan di berbagai organ tubuh setelah ayam berumur 4 bulan pada ginjal, paru-paru, jantung dan organ tubuh lain, tetapi paling sering ditemukan pada hati (Big Liver Diseases). Tumor dapat berbentuk nodular (benjolan), difus (menyebar) atau kombinasi bentuk tersebut.

Dampak Kerusakan Hati pada Ayam

Hati yang mengalami kerusakan tidak bisa melakukan detoksifikasi secepat yang dilakukan oleh hati yang sehat, oleh karena itu, apabila proses detoksifikasi lebih lambat dan hati yang belum selesai bekerja mendetoksifikasi itu sudah diberi serangan racun-racun yang harus didetoksifikasi, akibatnya akan lebih banyak racun yang beredar ke seluruh tubuh lewat darah (BPOM, 2004).

Kerusakan yang terjadi pada sel hati dapat bersifat sementara dan tetap. Sel hati akan berusaha beradaptasi mempertahankan hidup dengan memperbaiki sel-selnya sendiri dan biasa disebut regenerasi. Namun sebagian racun yang tidak dapat dihancurkan karena kapasitas kerja hati yang tidak cukup kuat sehingga akan sulit dibuang dari tubuh karena lolos dari proses kerja hati. Akibatnya racun-racun tersebut menumpuk sebagai lemak di organ-organ penting seperti hati, otak dan sel sistem saraf.

Hal ini menyebabkan membran sel normal akan mengalami kerusakan sehingga keseimbangan pengeluaran cairan tubuh akan terganggu. Kerusakan membran sel hati menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah air ke dalam sel, sehingga menyebabkan sel-selnya menjadi bengkak dan dipenuhi butiran-butiran air.

Jika hati rusak, secara keseluruhan proses metabolisme terganggu sehingga nafsu makan unggas menurun mengakibatkan pertumbuhan ayam dan produksi telur terhambat, serta kekebalan tubuhnya menurun (imunosupresi). Penurunan daya tanggap kebal atau imunosupresi akan meningkatkan resiko terjadinya penyakit, meningkatkan derajat keparahan penyakit, meningkatkan tingkat kesulitan pengobatan atau ayam sulit disembuhkan, respon imun yang buruk, dan mengaktivasi pembentukan tumor. Zat-zat racun juga tidak dapat dikeluarkan dan terakumulasi di dalam tubuh sehingga membahayakan organ tubuh lain seperti ginjal.

Pencegahan Kerusakan Hati

Kerusakan hati tidak memiliki gejalaspesifik sehingga sulit dilihat dari luar tanpa bedah bangkai. Apabila sudah terjadi kerusakan hati dapat mengganggu laju pertumbuhan dan produksi ternak khususnya pada ayam. Untuk itu perlu langkah-langkah pencegahan dan penanganan untuk mengurangi penurunan produksi akibat kerusakan hati. Pencegahan terhadap kerusakan hati dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:

  1. Manajemen kandang dan biosekuriti

    Manajemen yang baik dan penerapan biosekuriti secara ketat dan disiplin sangat penting dilakukan dalam upaya mencegah penyebaran agen infeksi penyakit penyebab kerusakan hati pada unggas. Kelembapan litter atau alas kandang harus diperhatikan. Sebelum chick in harus dilakukan desinfeksi (disemprot dengan Medisep, Sporades, atau Formades). Penggunaan desinfektan diharapkan dapat efektif terhadap virus, bakteri dan jamur.

  2. Kontrol lama penyimpanan ransum

    Daya tahan dan daya simpan ransum dan bahan baku sangat tergantung kadar air yang terkandung di dalamnya. Standar Nasional Indonesia (SNI) menetapkan angka ideal kadar air dalam ransum tidak melebihi 14% sehingga tidak tumbuh jamur yang memicu mikotoksin. Daya simpan ransum ayam di dalam gudang adalah 21-30 hari sejak tanggal produksi (batch). Baik ransum bentuk crumble (butiran), pellet maupun mash (tepung), akan mengalami penurunan kualitas apabila melewati masa tersebut. Misalnya pada jagung dengan kadar air awal 12,5% yang disimpan selama 40 bulan akan mengalami peningkatan kehilangan berat keringnya sejalan dengan meningkatnya lama penyimpanan.

  3. Manajemen tempat penyimpanan ransum

    Pencegahan kontaminasi ransum dapat dilakukan dengan mencegah pertumbuhan bakteri dan pembentukan mikotoksin. Pencegahan dapat dilakukan dengan mempertahankan kelembapan yang rendah atau tidak lebih dari 70%, suhu ideal ruangan antara 18-24°C, menjaga ransum tetap segar dan bersih, merawat peralatan ransum. Tempat penyimpanan juga harus terang dan bersih, mempunyai ventilasi yang baik untuk sirkulasi udara, bebas dari serangan serangga dan tikus yang dapat merusak ransum.

    Berikan alas (pallet) pada tumpukan bahan baku dan atur posisi penyimpanan sesuai dengan waktu kedatangannya (first in first out). Penurunan kualitas ransum karena penyimpanan yang tidak tepat akan berakibat pada kesehatan pencernaan sehingga menganggu performa pada ayam.

  4. Pembatasan ransum sesuai kebutuhan

    Upaya yang dilakukan untuk mencegah perlemakan yang akan mengganggu fungsi kerja hati adalah dengan melakukan pembatasan ransum. Pembatasan ini bisa dengan mengganti karbohidrat dengan tambahan lemak. Modifikasi ini berarti hati perlu mensintesis sedi kit lemak. Penggantian jagung dapat dengan minyak.

  5. Kontrol kualitas ransum secara rutin

    Lakukan pemeriksaan kualitas bahan baku secara rutin, terutama saat kedatangan bahan baku atau ransum. Untuk menghambat pertumbuhan jamur dapat menambahkan mold inhibitor ke dalam ransum dengan asam propionat (0,5-1,5 g/kg ransum) atau thiabendazole (100 mg/kg ransum).

  6. Pengurangan penggunaan obat-obat kimia berlebihan

    Untuk penggunaan obat dalam membantu meringankan gejala penyakit kurangi penggunaan parasetamol dan obat kimia lainnya secara berlebihan atau berikan sesuai dosis yang berlaku. Untuk merawat fungsi organ hati dapat menggunakan cara alternatif pemberian suplemen herbal seperti Heprofit dalam menetralisir radikal bebas dari penggunaan obat-obatan kimia. Hal ini dapat dilihat pada Grafik 1 yang menunjukkan bahwa semakin tinggi skor, tingkat kerusakan hati semakin parah. Heprofit aman digunakan setiap hari karena terbuat dari bahan herbal untuk membantu melindungi dari kerusakan hati akibat pemberian obat-obatan kimia secara berlebihan.

Penanganan Kerusakan Hati

Dalam menangani kejadian kerusakan hati pada ayam dapat melakukan beberapa hal sebagai berikut:

  • Seleksi bahan baku atau ransum

    Melakukan seleksi bahan ransum jika ditemukan kontaminasi jamur sangat banyak, jangan menggunakan bahan baku tersebut. Jika bahan ransum yang terkontaminasi sedikit dapat melakukan pencampuran dengan bahan baku atau ransum yang belum terkontaminasi.

  • Pemberian pengikat mikotoksin

    Bila cemaran toksin telah ditemukan maka perlu ditambahkan bahan pengikat mikotoksin pada ransum maupun yang ada di dalam saluran pencernaan dan membuangnya melalui sekresi. Tambahan toxin binder (pengikat mikotoksin) pada ransum campurkan dengan Freetox. Pemberian antioksidan seperti Butyrated hidroxy toluene (BTH), vitamin E dan selenium juga bisa ditambahkan untuk mengurangi efek mikotoksin.

  • Pemberian multivitamin untuk daya tahan tubuh

    Suplementasi vitamin, teritama vitamin larut lemak (A, D, E, K), asam amino (metionin dan penilalanin) maupun meningkatkan kadar protein dan lemak dalam ransum juga mampu menekan kerugian akibat mikotoksin. Pemberian multivitamin dosis tinggi seperti Fortevit bisa menjadi solusi.

  • Pemberian hepatoprotektor

    Heprofit dapat pula diberikan ketika unggas telah mengalami kondisi serangan penyakit kerusakan hati, obat herbal diberikan sebagai tindakan suportif. Heprofit memiliki fungsi sebagai hepatoprotektor yang terbukti berpotensi dalam memperbaiki kerusakan hati. Dari data trial Research and Development (R&D) Medion (2016) pada Grafik 2, pemberian Heprofit pada pekan normal (warna hijau) terlihat bobot badan paling baik (statistik pada nyata dengan yang lain. Sedangkan pada ayam sakit dengan kasus afiatoksin, pemberian Heprofit (warna jingga) juga dapat meningkatkan bobot badan. Jadi Heprofit mampu membantu meningkatkan bobot badan (performance). Semoga bermanfaat. Salam

 


Info Medion Edisi November 2017

Jika Anda akan mengutip artikel ini, harap mencantumkan artikel bersumber dari Info Medion Online (http://info.medion.co.id).

Waspadai Kerusakan Hati pada Ayam
Subscribe To Our Newsletter
We respect your privacy. Your information is safe and will never be shared.
Don't miss out. Subscribe today.
×
×
WordPress Popup Plugin