Peternak mana yang tidak takut unggasnya terserang AI (Avian Influenza) atau biasa dikenal dengan flu burung. Penyakit unggas ini diperkirakan masih tetap mengancam peternakan unggas di tahun 2017. Untuk itu perlu persiapan yang lebih matang untuk mencegah penyakit ini menyerang.
Bagaimana Situasi Terkini AI di Lapangan?
Sesuai dengan hasil proyeksi penyakit unggas tahun 2016 bahwa pola perkembangan penyakit unggas di lapangan sangat cepat, termasuk penyakit AI. Penyakit AI masih menjadi salah satu primadona penyakit viral pada ayam pedaging maupun petelur. Sejak ditemukannya virus flu burung clade baru 2.3.2 di akhir 2012, kini penyakit tersebut turut pula mengancam peternakan itik dengan tingkat kematian tinggi menimpa 29.611 ekor itik/bebek (Ditjen PKH, 2016).
Berdasarkan laporan tim Technical Education and Consultation Medion (2016) dilihat dari Grafik 1, kasus AI sampai November 2016 meningkat dibanding 1 tahun sebelumnya. Dari data penyakit yang dirangkum sejak Januari hingga November 2016, kasus AI cenderung meningkat dan menunjukkan pola musiman, dimana cenderung tinggi di awal tahun karena masuk puncak musim hujan di 2016 (Grafik 3). Sehingga dapat diprediksi untuk awal tahun 2017 ini, peternak perlu waspada terhadap penyakit AI yang bisa saja menyerang kembali. Selain AI, penyakit ND juga ikut meningkat pada akhir tahun 2016.
Kita ketahui virus AI memiliki karakteristik relatif tidak stabil di lingkungan, terutama jika terpapar suhu lingkungan panas sehingga saat memasuki musim kemarau pada pertengahan tahun kasus penyakit AI menurun.
Sejak September 2012 di Indonesia muncul virus AI clade 2.3.2. Clade 2.3.2 ini lebih banyak diisolasi dari kasus High Pathogenic Avian Influenza (HPAI), di mana keduanya ditemukan pada semua jenis ayam (ayam pedaging, petelur, pembibit, pejantan, dan ayam kampung) maupun itik. Sirkulasi kedua jenis virus ini pun tidak bisa dipisahkan secara geografis karena keduanya bisa ditemukan dalam satu daerah. Namun di tahun 2016 lalu, dalam satu kasus serangan AI clade 2.3.2 lebih dominan ditemukan (Grafik 4).
Penyebab Penyebaran AI
Sesuai informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) bahwa sejak November 2016 hingga beberapa bulan kedepan diperkirakan akan terjadi perubahan cuaca ekstrim dan tidak menentu, kondisi tersebut dikhawatirkan akan berdampak pada menurunnya kondisi tubuh unggas dan meningkatnya kasus berbagai penyakit menular pada unggas, termasuk penyakit AI. Sama halnya dengan Ditjen Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (2016) yang mengatakan bahwa masih mewabahnya serangan AI di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
-
Penyebaran bibit penyakit didukung oleh perubahan cuaca ekstrim yang tidak menentu. Akibatnya ayam mengalami stres dan daya tahan tubuhnya menurun, sehingga memicu munculnya berbagai penyakit unggas, termasuk AI.
-
Masih kurangnya kesadaran peternak ayam ras, ayam kampung dan itik komersial skala kecil dalam menerapkan tindakan biosekuriti ketat, program vaksinasi yang tepat, dan monitoring titer antibodi secara rutin.
-
Kecepatan penyebaran virus AI di lingkungan sekitar disebabkan mata rantai jalur pemasaran unggas yang menjadi titik kumpulnya berbagai jenis unggas, baik dalam kondisi sehat maupun sakit yang dipasok melalui pedagang unggas. Selain itu, kurangnya kesadaran dalam penanganan bangkai unggas.
Gejala Klinis dan Perubahan Patologi Anatomi AI
Serangan AI bisa menimbulkan gejala klinis dan perubahan patologi anatomi yang bervariasi tergantung dari tingkat keganasan AI yang menyerang, status kekebalan unggas, umur unggas, dan lingkungan. Gejala klinis AI masih relatif sulit dibedakan dengan kasus ND. Pada kasus saat ini proses serangan penyakit berlangsung cepat disertai produksi telur menurun drastis dan kematian tinggi,. Selain itu, lebih banyak ditemukan gejala klinis seperti mata ayam nampak keabu-abuan, leher terpuntir (tortikolis), perdarahan jaringan dibawah kulit diikuti kemerahan seperti lebam terutama kaki, jengger dan pial dimana perubahan ini mirip dengan AI di awal tahun 2004.
Perubahan pada saluran pernapasan yaitu adanya peradangan laryng dan trachea namun tidak terlalu spesifik. Sedangkan perubahan paling parah seperti pelebaran pembuluh darah otak, perdarahan titik pada lemak jantung, lemak perut, serta pembengkakan ginjal yang nampak lebih dominan muncul.
Pada ayam petelur masa produksi ditemukan pula perubahan pada organ reproduksi yang bisa berpengaruh terhadap penurunan produksi telur seperti pelebaran pembuluh darah pada oviduct dan ovarium. Selain itu,perubahan yang muncul mirip dengan penyakit IB seperti oviduk ditemukan timbunan cairan berwarna bening pada saluran telur (cystic oviduct).
Upaya Pengendalian AI
Sesuai dengan hasil pengamatan data lapangan, awal tahun selalu diprediksi masuk puncak musim hujan. Kunci keberhasilan pengendalian penyakit AI maupun ND adalah dengan meningkatkan kekebalan melalui vaksinasi, penerapan biosekuriti yang ketat, serta memantau titer antibodi secara rutin.
1. Tata laksana vaksinasi yang tepat
Vaksinasi merupakan salah satu ujung tombak dalam mengendalikan AI. Untuk menunjang efektivitas vaksinasi maka perhatikan kualitas vaksin, ketepatan penentuan jadwal vaksinasi, teknik dan aplikasi vaksinasi yang sesuai, serta kondisi unggas saat divaksin.
-
Tepat vaksin
Penggunaan vaksin yang homolog dengan virus lapang sangat dianjurkan karena akan memberikan perlindungan optimal. Pilih vaksin yang sesuai dengan kasus penyakit yang menyerang. Untuk mencegah serangan ND dan AI bisa diberikan Medivac ND-AI Emulsion. Guna mengatasi serangan AI bisa diberikan vaksin AI seperti Medivac AI.
-
Tepat rute dan teknik pemberian vaksin
Langkah selanjutnya mempersiapkan alat suntik dan meningkatkan suhu vaksin secara bertahap sebelum disuntikkan pada unggas atau lebih dikenal dengan istilah thawing, handling unggas, cara menyuntik, dan dosis pemberian vaksin.
-
Tepat jadwal vaksinasi
Program vaksinasi AI disusun berdasarkan tinggi atau rendahnya challenge (tantangan) virus AI di lapangan dan baseline titer di masing-masing peternakan. Berdasarkan data lapangan, AI biasa menginfeksi ayam pedaging umur > 3 minggu. Maka, pelaksanaan vaksinasi AI ayam pedaging cukup dilakukan 1 kali yaitu pada umur 4 hari menggunakan vaksin kombinasi ND-AI yang dilakukan bersamaan dengan vaksinasi ND aktif, atau pada umur 10 hari menggunakan vaksin AI tunggal.
Sesuai standar Food and Agriculture Organization (FAO), pada ayam petelur vaksinasi AI dilakukan minimal 3 kali sebelum memasuki periode bertelur dan minimal 2 kali setelah lewat puncak produksi. Vaksinasi AI pertama seperti pada ayam pedaging atau umur 2 minggu. Vaksinasi kedua dapat diberikan pada umur 5-6 minggu kemudian setelah vaksinasi pertama. Kemudian vaksinasi ketiga dapat diberikan 2-3 minggu sebelum masa produksi untuk menghasilkan antibodi protektif hingga puncak produksi. Sebagai panduan umum, bisa menggunakan program pemeliharaan vaksinasi sebagai berikut:
2. Pelaksanaan biosekuriti yang ketat
Vaksinasi yang terprogram dengan baik tidak akan cukup memberikan hasil pencegahan optimal jika tidak didukung dengan pelaksanaan biosekuriti yang ketat. Saat ini biosekuriti dapat diterapkan dengan sederhana, hemat, praktis dan efektif.
Terapkan sistem “3 zona” di wilayah kandang yaitu zona kotor, zona transisi, dan zona bersih supaya lalu lintas barang dan makhluk hidup dari satu zona ke zona lain dapat terkontrol. Tingkatkan biosekuriti khususnya pada orang-orang atau peralatan maupun kendaraan yang keluar masuk lingkungan peternakan. Pilih dan gunakan desinfektan yang daya kerjanya kurang dipengaruhi bahan organik seperti Formades atau Sporades untuk menyemprotkan kendaraan atau bagian luar kandang. Semprotkan juga Medisep secara rutin seminggu sekali pada kandang berisi ayam. Jangan biarkan kotoran ayam menumpuk berminggu-minggu. Hindari kontak dengan unggas air seperti itik.
3. Monitoring titer antibodi secara rutin
Monitoring titer antibodi yang dilakukan secara rutin akan membantu peternak dalam memantau status kesehatan unggasnya. Secara umum, pelaksanaan uji serologi bertujuan untuk menentukan umur vaksinasi pertama, memantau hasil vaksinasi, membantu mendiagnosa serangan penyakit, dan membuat baseline titer (titer dasar). Berikut kami berikan salah satu contoh hasil monitoring titer antibodi AI di peternakan ayam layer.
Dari Grafik 5. bisa dilihat bahwa titer antibodi hasil program 3 kali vaksinasi AI sebelum masa produksi menunjukkan penurunan titer antibodi pada umur 35 minggu dan mendekati tidak protektif pada umur 37 minggu. Sehingga setelah puncak produksi perlu dilakukan vaksinasi AI ulang dengan agar titer antibodi kembali pada level protektif.
4. Suplementasi
Pemberian multivitamin dan premiks sebagai feed suplement (suplementasi ransum) akan meningkatkan daya tahan tubuh unggas. Adanya suplementasi vitamin, seperti Vita Stress, Strong n Fit dan Fortevit yang mengandung vitamin A dan C, akan memperbaiki kondisi selaput lendir unggas sehingga virus AI yang akan masuk ke selaput lendir unggas melalui udara bisa dihalau secara optimal.
Selain vitamin yang dicampurkan dalam air minum, cara lain untuk meningkatkan daya tahan tubuh dapat dilakukan dapat menambahkan premiks dalam ransum seperti Top Mix, Mix Plus, dan Mineral Feed Suplement A untuk melengkapi kebutuhan nutrisi ransum sehingga proses metabolisme pertahanan tubuh unggas bisa berjalan maksimal. Tambahkan toxin binder (Freetox) pada ransum untuk mengikat mikotoksin yang sudah terbentuk agar tidak diserap tubuh dan keluar bersama feses. Sehingga dapat menekan mikotoksin yang bersifat imunosupresupresan.
Berikan pula imunostimulan dari bahan alami seperti Imustim 3 hari sebelum dan 3 hari sesudah vaksinasi untuk meningkatkan fungsi sistem kekebalan dan daya tahan tubuh saat musim hujan. Imustim aman digunakan untuk pemakaian jangka panjang dan dapat dicampur dengan obat atau vitamin.
Bagaimana jika Terlanjur Outbreak AI?
1. Revaksinasi ayam yang masih sehat
Untuk menekan penularan penyakit, segera lakukan revaksinasi (vaksinasi darurat) terutama pada kandang ayam petelur yang kondisinya masih sehat menggunakan Medivac AI. Keputusan revaksinasi tergantung pada tingkat keganasan virus yang menyerang, angka kesakitan serta angkat kematian.
2. Penanganan bangkai
Singkirkan segera unggas yang mati di dalam kandang. Musnahkan dengan metode penguburan yang harus berlokasi di lingkungan peternakan dan berjarak minimal 20 meter dari kandang. Langkah-langkah proses penguburan tersebut yaitu:
-
Siapkan lubang galian dengan kedalaman minimal 1,5 meter, sesuai jumlah ayam yang akan dikubur.
-
Taburi alas kuburan menggunakan kapur aktif. Pekerja memakai masker, sarung tangan dan sepatu boot.
-
Masukkan bangkai ayam ke dalam lubang kemudian semprot desinfektan dengan menggunakan Antisep atau Neo Antisep.
-
Ayam yang sudah sakit parah namun masih hidup, disembelih di atas kuburan, darah ditampung dalam wadah yang berisi desinfektan. Masukkan bangkai dan darah ayam ke dalam kuburan, termasuk sarung tangan dan masker yang dipakai pekerja.
-
Ulangi dengan menyemprotkan desinfektan. Tutup dengan jerami kering kemudian dibakar.
-
Tutup lubang kuburan dan taburi dengan kapur aktif.
Setelah melakukan penanganan bangkai, seluruh pekerja harus mencuci tangan dan kakinya menggunakan sabun, semprot tubuh dengan desinfektan, kemudian baru bisa keluar dari area kandang. Akan lebih baik jika pekerja mandi dan keramas. Untuk baju kerja segera direndam dalam larutan deterjen.
3. Pencegahan penularan kontaminasi
Setelah penanganan bangkai, seleksi ayam sakit dan kandang sudah kosong, ada beberapa hal yang harus dilakukan yaitu:
-
Kandang disemprot dengan desinfektan Formades atau Sporades dan insektisida, lalu dibiarkan selama 3 hari berturut-turut untuk mematikan bibit penyakit.
-
Kumpulkan dan angkut litter yang bercampur dengan feses ayam dan semprot desinfektan pada permukaan karung sebelum dikeluarkan dari dalam kandang.
-
Keluarkan karung berisi litter yang sudah dikumpulkan kemudian kubur bersama bangkai ayam.
4. Pengurangan populasi bibit penyakit pada lokasi dan peralatan
Untuk mengurangi populasi bibit penyakit di area kandang sekaligus peralatan di dalamnya maka yang harus dilakukan adalah:
-
Keluarkan semua peralatan kandang seperti tempat ransum dan tempat minum ayam. Cuci dengan detergen kemudian bilas dengan air dan semprot dengan desinfektan Medisep. Proses ini dilakukan bersamaan dengan pencucian kandang.
-
Semprot seluruh bagian dalam kandang secara menyeluruh seperti lantai, dinding/tirai dan bagian atas kandang dengan larutan deterjen. Apabila masih ditemukan material ransum atau feses yang lengket pada permukaan lantai atau dinding kandang, akan lebih baik jika dilakukan penyikatan dinding dan lantai kemudian lakukan penyemprotan sekali lagi.
-
Biarkan selama 3-6 jam dan bilas dengan air yang mengandung kaporit atau desinfektan seperti Desinsep. Kemudian bilas dengan air dan biarkan mengering.
-
Semprotkan larutan kapur aktif pada seluruh bagian dalam kandang seperti lantai dan tiang-tiang serta bagian luar kandang. Biarkan sampai kering.
-
Semprot sekali lagi keseluruhan kandang menggunakan desinfektan seperti Formades atau Sporades.
-
Masukkan kembali peralatan yang sudah dibersihkan ke dalam kandang.
5. Istirahat kandang
Tujuan dari istirahat kandang adalah untuk mengontrol/memutus siklus hidup bibit penyakit pada kandang setelah dicuci dan dilakukan proses desinfeksi. Untuk bibit penyakit yang memiliki daya tahan cukup lama di lingkungan seperti virus AI membutuhkan masa istirahat kandang lebih lama yaitu selama 4 minggu atau bahkan lebih.
6. Mulai chick in kembali
Sebelum chick in dimulai, sebaiknya lakukan desinfeksi kandang kembali terlebih dahulu. Tepat saat 7 hari sebelum chick in, lakukan persiapan kandang seperti menebar litter, memasang chick guard, pemanas dan memasang peralatan kandang (tempat ransum, tempat minum, dll.). Taburkan kembali kapur ke atas litter sebanyak 0,5 kg/m² untuk litter dengan ketebalan 5 cm. Selanjutnya, 3-4 hari sebelum chick in, lakukan penyemprotan kembali dengan Medisep.
Dengan menerapkan langkah-langkah di atas, diharapkan penyakit AI dapat dicegah dan dikendalikan, sehingga kasus AI terutama ditahun 2017 ini bisa menurun. Salam.
Info Medion Edisi Februari 2017
Jika Anda akan mengutip artikel ini, harap mencantumkan artikel bersumber dari Info Medion Online (http://info.medion.co.id).