Saat ini, industri perunggasan di Indonesia telah berkembang pesat mengikuti permintaan akan kebutuhan hasil ternak unggas seperti daging dan telur yang meningkat. Namun hasil produksi unggas saat ini belum optimal salah satunya dikarenakan masih banyak penyakit yang datang menyerang peternakan unggas.
Pada awal tahun 2019 ini, jenis penyakit yang menyerang unggas tidak jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. CRD (Chronic Respiratory Disease) dan Korisa merupakan penyakit bakterial yang dominan menyerang baik pada ayam broiler maupun layer. Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh bagian Technical Education and Consultation Medion, bisa kita lihat pada rangking penyakit di bawah ini , kedua penyakit tersebut menduduki peringkat 5 besar.
Kedua penyakit ini merupakan penyakit endemik yang kejadiannya terus berulang namun kurang diperhatikan karena tidak menimbulkan wabah kematian yang tinggi. Secara ekonomi kerugian yang disebabkan oleh penyakit CRD dan Korisa ini meliputi penurunan produksi dan kualitas telur, daya tetas rendah karena tingkat kematian embrio dan pengafkiran unggas tua yang tinggi, efisiensi pakan menurun, peningkatan mortalitas dan biaya pengobatan serta dapat menyebabkan imunosupresi pada ayam yang terinfeksi. Selain itu, penyakit ini dapat menyebar dengan cepat pada flok unggas. Kualitas karkas unggas yang dikirim untuk dipotong di tempat pemotongan juga turun (Diyantoro, 2017).
Meskipun saat ini beberapa peternak telah beralih ke sistem pemeliharaan menggunakan kandang otomatisasi closed house, namun sebagian besar masih menggunakan sistem pemeliharaan open house. Pemeliharaan pada situasi kandang yang terlalu padat dengan kualitas udara yang rendah kemungkinan besar akan mudah terserang penyakit pernapasan seperti CRD dan korisa.
Mengenal CRD
Chronic Respiratory Disease atau yang biasa kita kenal dengan CRD adalah penyakit yang menyerang sistem pernapasan ditandai dengan gejala ngorok. Penyakit ini disebabkan oleh Mycoplasma gallisepticum , bakteri Gram (-) berbentuk polimorfik kokoid dan tidak memiliki dinding sel sehingga bakteri ini mudah pecah/mati oleh desinfektan, panas, sinar matahari dan faktor lainnya.
Pola serangan yang ditimbulkan oleh CRD tergolong lambat. Ketika ayam mulai terjangkit M. gallisepticum, infeksi tersebut akan berjalan dalam jangka waktu yang cukup lama (kronis). Selama beberapa minggu bakteri akan tetap menetap dalam saluran pernapasan dan baru bekerja menginfeksi secara akut ketika ayam mengalami stres.
Mycoplasma gallisepticum masuk ke dalam tubuh ayam melalui saluran pernapasan. Pada dasarnya saluran pernapasan ayam dilengkapi dengan sistem pertahanan mekanik berupa bulu getar (cilia) dan kimiawi dengan mukus (lendir). Bakteri Mycoplasma gallisepticum ini menempel pada reseptor epitel yang disebut sialoglycoprotein. Kemudian ia menempel dan merusak mukosa epitel sambil memperbanyak diri. Adanya bakteri ini akan memicu terjadinya radang dan aliran darah di daerah tersebut menjadi meningkat. Bakteri akan ikut aliran darah dan menuju kantung udara, dimana kantung udara merupakan tempat yang cocok untuk M. gallisepticum hidup dan berkembang biak.
Mycoplasma memiliki ciliostatic yang merupakan faktor yang menyebabkan lemahnya aktivitas silia. Di samping itu, Mycoplasma gallisepticum merupakan salah satu dari beberapa Mycoplasma yang mensekresikan hydrogen peroksida, yang dapat menyebabkan stres oksidatif pada membran sel inang.
Rusaknya cilia dan stress oksidatif yang ditimbulkan akibat infeksi Mycoplasma gallisepticum inilah yang menyebabkan penyakit lain mudah masuk dan turut menginfeksi sehingga memperparah terjadinya peyakit pada ayam.
Beberapa penyakit yang sering menginfeksi bersamaan dengan bakteri ini antara lain collibacilosis yang kita kenal dengan istilah CRD kompleks, korisa, koksidiosis, dan cacingan.
Mengenal Korisa (Snot)
Infectious coryza atau snot adalah penyakit yang menginfeksi saluran pernapasan bagian atas pada ayam petelur, ayam pedaging atau unggas lain baik pada peternakan rakyat maupun komersial.
Penyakit ini menimbulkan kerugian yang cukup besar bagi peternak meskipun pada infeksi tunggal tidak menyebabkan kematian yang tinggi. Kejadian pada ayam broiler dan layer fase grower menyebabkan tidak tercapainya bobot badan, sedangkan kejadian pada ayam masa produksi, telur yang dihasilkan mengalami penurunan dari segi kuantitas mencapai 10-40%. Selain itu serangan korisa yang parah dan susah disembuhkan juga akan meningkatkan angka afkir (Ariyanti, 2007).
Korisa disebabkan oleh Avibacterium paragalilinarum, yang termasuk dalam bakteri Gram (-) dan bersifat fakultatif anaerob (mampu hidup pada media yang ada maupun tidak ada oksigennya). Target utama dari A. paragallinarum yang menyebabkan korisa ini adalah pada sinus infraorbitalis yang miskin pembuluh darah sehingga terkadang sulit untuk dijangkau saat dilakukan pegobatan menggunakan antibiotik.
Bakteri A. paragallinarum penyebab korisa ini dibagi menjadi beberapa serotipe. Berdasarkan metode page, dibagi menjadi A (W), B (Spross) dan C (Modesto). Sedangkan metode kume membagi lebih detail lagi menjadi A1, A2, A3, A4, B1, C1, C2, C3 dan C4. Berdasarkan data hasil isolat yang dikumpulkan oleh Medion, saat ini bakteri Avibacterium paragalilinarum yang ditemukan di Indonesia, termasuk dalam serotipe A1, C1 dan C4.
Ayam yang terserang korisa biasanya akan menunjukkan gejala seperti keluarnya eksudat atau lendir dari sinus hidung atau mulut yang berbau khas, bengkak pada bagian sinus infraorbitalis (bawah mata),
nafsu makan turun (anorexia), dan pada ayam petelur biasanya dijumpai penurunan produksi yang berkisar antara 10-40%.
Jika kita amati kembali kedua jenis penyakit ini, baik CRD maupun coryza adalah penyakit bakterial yang dapat disembuhkan dengan menggunakan antibiotik, namun pada kasus tertentu yang menyebabkan infeksi secara bersamaan dengan penyakit lain (komplikasi) menyebabkan tingkat keparahan yang tinggi bahkan sampai kematian pada ayam. Oleh karena itu pemahaman kembali karakteristik dari penyebab kedua penyakit ini serta faktor-faktor yang berkaitan menjadi sangat penting untuk keberhasilan pencegahan maupun pengobatannya. Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum maupun ketika terserang penyakit CRD dan Korisa:
Faktor Predisposisi
Salah satu kebutuhan utama dalam pemeliharaan ayam adalah udara, kualitas udara yang baik sangat dibutuhkan ayam dalam menyediakan oksigen untuk pertumbuhannya. Salah satu faktor pemicu munculnya penyakit pernapasan seperti CRD dan Korisa adalah kualitas udara yang tidak baik.
Kurangnya ventilasi dan sirkulasi udara yang buruk, mengakibatkan asupan O2 yang dibutuhkan oleh ayam menjadi berkurang. Litter yang basah mengakibatkan kelembaban meningkat serta kadar amonia yang terhirup oleh ayam menjadi tinggi . Hal itu mengakibatkan sel-sel epitel (mukosa) pada saluran pernapasan bagian atas mengalami iritasi.
Sel-sel tersebut merupakan mekanisme pertahanan awal karena mampu menghasilkan mukus dan terdiri dari cilia untuk menghalau agen infeksi yang masuk. Akibatnya, bakteri seperti Mycoplasma gallisepticum dan A. paragallinarum menjadi mudah untuk menembus masuk ke dalam tubuh ayam sehingga menyebabkan sakit.
Setelah kita telaah kembali, terjadinya infeksi CRD dan korisa ini erat kaitannya dengan tatalaksana pemeliharaan suatu peternakan. Oleh karena itu, selain tindakan pengobatan tentunya memperhatikan faktor manajemen menjadi sangat penting dalam upaya pencegahan maupun penanganan kasus CRD dan korisa.
Faktor Manajemen dalam Penanganan Infeksi CRD dan Korisa
Pada dasarnya bakteri Mycoplasma gallisepticum dan A. paragallinarum penyebab CRD dan korisa ini mudah mati terutama oleh temperatur lingkungan yang tinggi, kadar O2 tinggi, kelembaban relatif rendah dan juga beberapa desinfektan maupun antiseptik. Namun, pada kondisi farm dimana sanitasi dan desinfeksi tidak diperhatikan maka kejadian penyakit ini akan terus berulang. Oleh karena itu penerapan biosecurity harus sangat diperhatikan. Berikut beberapa hal yang biasa menjadi penyebab berulang nya kasus CRD dan korisa di peternakan
- Kosong kandang yang kurang Optimal Proses kosong kandang yang optimal dilakukan 14 hari setelah kandang dalam keadaan bersih. Proses ini bertujuan untuk memutus rantai penyakit sebelumnya. Mycoplasma gallisepticum penyebab CRD dapat hidup di dalam feses selama1-3 hari pada suhu 20° C dan 6 hari di dalam suhu ruang. Bakteri A. Paragallinarum penyebab korisa dapat tahan 1-2 hari pada suhu 37° C. Jika proses pembersihan dan kosong kandang ini tidak optimal bibit penyakit penyebab CRD dan korisa akan menetap di kandang tersebut dan berkesempatan untuk menginfeksi lagi ayam yang dipelihara selanjutnya.
- Sanitasi dan desinfeksi tidak dilakukan secara sempurna Semprot kandang sebaiknya rutin dilakukan minimal seminggu sekali untuk menurunkan jumlah agen infeksi yang ada di lingkungan. Tempat minum dari paralon terbuka yang terkontaminasi lendir dari hidung atau mulut ayam yang terinfeksi korisa sangat berpotensi menjadi media penular. Oleh karena itu pembersihan tempat pakan dan minum juga harus diperhatikan. Pada saat kosong kandang, pembersihan harus dilakukan menyeluruh ke setiap bagian kandang. Sela-sela kandang, dan bagian bawah dari kandang panggung juga tidak boleh lepas dari pembersihan. Setelah semua peralatan dikeluarkan, kandang dibersihkan dengan detergen dan disikat, kemudian disemprot air bertekanan tinggi. Jika diperlukan pemberian kapur bisa dilakukan. Setelah itu didesinfeksi mengunakan golongan Aldehid seperti Formades atau Sporades.
- Menciptakan suasana kandang yang nyaman Kebutuhan utama dalam pemeliharaan ayam adalah udara, air dan nutrisi dalam pakan yang mencukupi. Keparahan infeksi CRD dan korisa juga disebabkan karena adanya infeksi sekunder yang ikut menyerang. Desinfeksi air minum dengan Antisep, Neo Antisep, atau Desinsep menjadi penting karena disitulah predileksi atau tempat kesukaan dari bakteri E. colli yang biasanya mengikuti infeksi CRD ataupun korisa sehingga memperparah terjadinya kasus penyakit. Nutrisi dalam pakan pun harus dipantau sesuai dengan standar umur pemeliharaan. Nutrisi yang kurang dan berlebih akan mengakibatkan pertumbuhan dan kekebalan ayam kurang optimal dan menjadi rentan terhadap serangan penyakit. Faktor yang tidak kalah penting dan berhubungan sangat erat dengan kasus-kasus yang menyerang saluran pernapasan adalah kualitas udara. Ventilasi yang cukup, sirkulasi udara yang baik, sangat berpengaruh terhadap kecukupan gas O2 dalam kandang. Jika litter sudah sedikit basah, dapat segera diganti atau ditambahkan litter yang baru di atasnya. Hal tersebut mencegah resiko terjadinya iritasi saluran pernapasan bagian atas dikarenakan tingginya kelembaban dan kadar amonia. Jika diperlukan dapat menggunakan Ammotrol yang bekerja mengikat amonia yang terbentuk dari sisa metabolisme protein menjadi bentuk yang tidak menguap dan tidak toksik sehingga bau amonia berkurang. Selain faktor-faktor diatas, perhatikan juga faktor stress pada ayam. Ayam termasuk hewan yang mudah mengalami stress. Panas, suara yang terlalu gaduh, post vaksinasi, perpindahan kandang, pergantian pakan adalah contoh kondisi yang dapat menyebabkan stress pada ayam. Saat stress sistem kekebalan pada ayam akan menurun sehingga menjadi mudah untuk terinfeksi penyakit. Berikan mulvitamin (Strong n Fit, Vita Strong, Vita Stress atau Fortevit) untuk meningkatkan stamina tubuh ayam sehingga tidak mudah terjadi stress.
Pencegahan dan Penanganan saat Terserang Penyakit
Tingkat keparahan ayam yang terserang CRD atau korisa biasanya bervariasi. Ayam dalam kondisi terinfeksi korisa parah menunjukkan gejala kesulitan bernapas, keluarnya leleran dari hidung dan mulut, serta terjadi kebengkakan pada bagian sinus infraorbitalis di bawah mata.
Kondisi yang seperti ini tidak memungkinkan ayam untuk menjangkau tempat pakan ataupun minum. Sehingga untuk teknik pengobatan pun, tidak bisa kita berikan melalui air minum. Sebaiknya ayam-ayam tersebut segera kita pisahkan untuk dilakukan pengobatan dengan injeksi agar lebih efektif. Obat yang bisa dipilih adalah golongan tetracycline dan aminoglikosida (Medoxy-L, Gentamin, Kanamin, atau Vet Strep).
Sedangkan ayam yang terserang CRD berikan antibiotik dari golongan Fluoroquinolon, Makrolida atau Tetracycline, seperti Doctril, Neo Meditril, Doxytin, Respiratrek, Trimezyn atau injeksi dengan Gentamin. Selain menggunakan antibiotik-antibiotik tersebut diatas, upaya pencegahan dan pengobatan kasus CRD dan korisa dapat menggunakan Fithera yang merupakan produk herbal Medion.
Hal yang perlu diperhatikan pada pengobatab kasus CRD adalah hindari pemberian antibiotik golongan Penicillin karena tidak akan efektif disebabkan target kerja antibiotik ini adalah dinding sel yang tidak dimiliki oleh Mycoplasma gallisepticum penyebab CRD, sehingga jika dilakukan pengobatan dengan antibiotik golongan ini menjadi kurang efektif.
Selain pengobatan saat terjadi kasus, upaya pencegahan menjadi sangat penting mengingat kerugian yang ditimbulkan oleh kedua penyakit ini cukup besar. Kombinasi antara biosecurity yang tepat dan vaksinasi diharapkan mampu memberikan perlindungan pada ayam. Saat ini vaksinasi pada CRD masih belum dilakukan untuk unggas-unggas komersil. Sedangkan untuk korisa saat ini peternak sudah mengaplikasikan program vaksinasi dalam pemeliharaannya.
Meskipun penyakit korisa dapat diatasi dengan antibiotik namun kejadian berulang masih sering kita temui dan membutuhkan vaksinasi. Alasannya, karena organ target korisa berada di sinus hidung yang sedikit pembuluh darah sehingga jika
ada bakteri yang tidak terbasmi dengan antibiotik, masih bisa dibasmi dengan vaksin dimana dengan vaksinasi akan terbentuk antibodi di dalam tubuh ayam.
Selain itu, serangan korisa yang muncul dikemudian hari akan lebih mudah disembuhkan jika sebelumnya ayam telah divaksin.
Karena vaksin korisa termasuk vaksin inaktif (Medivac Coryza B, Medivac Coryza T, atau Medivac Coryza T Suspension), maka vaksin bisa diberikan pada 3 minggu sebelum umur serangan korisa. Sebagai panduan umum, program vaksinasi korisa yang kami sarankan ialah:
- Ayam pedaging dan pejantan: Umur 4 hari : vaksinasi ND aktif + vaksinasi ND-korisa inaktif, atau Umur 7-14 hari : vaksinasi korisa inaktif
- Ayam petelur dan pembibit: Umur 42-56 hari dan diulangi umur 98-105 hari menggunakan vaksinasi korisa inaktif Jika di peternakan sangat rawan terjadi kasus serangan korisa, maka vaksinasi ulangan dapat dilakukan 5-6 minggu setelah vaksinasi pertama.
Penyakit CRD dan korisa adalah penyakit sistem pernapasan pada ayam, pengobatan bukan satu-satu nya jalan keluar untuk mengatasi permasalahan ini di peternakan. Kombinasi antara biosecurity, vaksinasi dan memperhatikan titik lemah manajemen yang kurang sesuai dalam penerapannya selama ini dapat membantu upaya pencegahan agar kasus tersebut tidak terulang kembali setiap tahun. Salam sukses selalu.